Bab 31

14.3K 1K 33
                                    

"Jadi siapa yang menang?" tanya Bella dengan senyumannya.

"Kita sama, tuan putri." sergah Giana gugup.

"Tapi bagaimana dengan ini?" tanya Bella.

Ia menarik Belati yang berada dipinggangnya dan menoleh ke anak panah tadi lalu melemparkan belati itu. Tanpa diduga lagi anak panahnya yang tadi tertancap terbagi dua oleh belati Bella.

Bella kembali menghadap Giana.

"Jangan pernah mendekati Rajaku, karena selamanya dia menjadi milikku." ujar Bella. "Kau tahu, Raja Lio adalah pelatihku selama ini bahkan sebelum kau datang kesini. Kau sudah kalah sebelum kau datang kesini, nona." bisik Bella sebelum berlalu.

Giana masih terlihat terkejut, ia tidak menyangka jika akan menjadi seperti ini. Teknik Bella terlihat lebih mahir darinya padahal ia sudah membuat rencana agar anak panah yang Bella pakai meleset.

Semuanya gagal dan ia harus melepaskan cintanya.

"Tunggu putri!" Giana membalikkan badannya.

Bella memberhentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Gadis itu mengangkat sebelah alisnya untuk mempertanyakan apa mau Giana.

Giana tersenyum. "Sebenarnya, saya lah yang menang putri. Dari tiga pertandingan, saya memenangkan dua kesempatan, dan satu kesempatan lagi kita sama. Itu berarti, saya lah yang menang!" ujarnya tegas dengan senyum kemenangannya.

Semua orang ditempat itu menampilkan wajah tegang dan raut tak suka pada Giana. Bella mengerutkan keningnya dan membalikkan badannya yang sebelumnya membelakangi Giana.

Bella tersenyum. "Aku kira kau tidak akan pernah sadar akan hal itu." dengus Bella yang menahan tawanya. "Jadi, apa maumu sekarang?" tanya Bella tenang dengan kedua alisnya yang terangkat.

"Saya tidak sebodoh itu, putri." sergah Giana tersinggung.

"Nyatanya, kau hampir seperti itu 'kan?" ujar Bella diiringi kekehannya.

Giana menggeram dengan kedua tangannya yang terkepal.

"Baiklah, jadi apa maumu?" tanya Bella kembali.

Terjadi ketegangan diantara mereka berdua yang juga dirasakan oleh semua orang yang berada disana. Lion, Lucy dan ibu Susan menghampiri kedua gadis itu.

"Saya menginginkan yang mulia Raja. Tidak peduli jika saya harus menjadi selirnya sekalipun." ucap Giana dengan dagu yang terangkat.

"Lancang kau!" desis Lucy geram.

Sedangkan Lion yang mendegar hal itu, ia tidak terima. Karena sampai kapanpun hanya satu wanita yang bisa mendampinginya. Sama seperti ayahnya dahulu yang selalu setia menjadikan ibunya sebagai wanita satu- satunya sampai akhir hidupnya, dan begitupun yang akan dilakukan Lion. Tidak ada wanita kedua, ketiga, atau kesekian.

Karena menurut Lion, satu wanita saja yang ia miliki selama hidupnya. Dan itu hanya Bella. Ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa gadis itu, kehilangan gadis itu selama berbulan- bulan lamanya bahkan mampu merubahnya menjadi pria yang dingin seperti dulu.

"Mimpimu sangat rendah." cibir Bella. "Aku kira kau akan meminta untuk menjadi Ratunya. Bukankah kau tahu sendiri, jika aku tidak memiliki hubungan dengan yang mulia Raja. Jadi untuk apa kau memintanya padaku?" dengus Bella.

Semua orang tercengang mendengar hal itu. Mereka kira berita itu benar adanya, jika Bella dan Lion memiliki hubungan.

Tapi berbeda dengan Lion, ia terkejut sekaligus khawatir mendengar hal itu.

Gadis ini harus kuberi pelajaran, akan kuikat dia nanti dikamarku agar tidak kabur lagi dan juga ia harus mengakui hubunganku dengannya selama ini. Bisik Lion kesal.

The King (Kingdom Series #1)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora