Bab 37 | Epilog

30.6K 1.3K 36
                                    

Sore itu, semua orang tampak sibuk dengan tugas mereka. Tak terkecuali didalam istana, semua pelayan mengerjakan tugas mereka dengan baik.

Para pelayan itu tersenyum saat seorang anak laki- laki berumur lima tahun berlarian disepanjang lorong, dengan membawa pedangnya yang terbuat dari kayu.

Salah seorang pelayan wanita mengejar dibelakangnya, ia tampak kelelahan.

"Daisy." panggil lembut wanita cantik pada pelayan yang mengikuti kearah anak laki-laki tadi.

Sontak semua pelayan yang tadi memperhatikan anak kecil tadi itu menundukkan kepalanya. Wanita cantik itu tersenyum kecil pada para pelayan yang menunduk kearahnya.

Pelayan wanita yang mengejar Jamie itu juga berhenti. Ia memutar tubuhnya dan menunduk saat namanya diserukan.

"Kalian bisa kembali bekerja." seru wanita cantik itu agar para pelayan disepanjang lorong untuk kembali ketugas mereka masing- masing.

Mendengar itu semua pelayan beranjak darisana dan kembali mengerjakan tugas mereka yang sempat tertunda.

"Maaf yang mulia, saya sedang mengejar pangeran Jamie, jika berlarian terus pangeran akan terjatuh." ujar pelayan wanita bernama Daisy itu.

Wanita cantik dihadapannya tersenyum tipis.

"Kau tahu Jamie seperti apa. Dia pasti ingin bertemu ayahnya, jika sudah begitu dia tidak akan mendengarmu, Dia akan lebih menuruti ucapan ayahnya." ujar wanita cantik itu.

Ia adalah Bella, seorang Ratu kerajaan Lace. Wanita kesayangan rakyat Lace, dengan kelembutannya saat bersua dengan rakyat dan keberaniannya untuk membela kebenaran.

Ratu Bella, sang belahan jiwa Raja Lio. Ibu dari sang putra mahkota, pangeran James Nicolas Poli yang sering dipanggil Jamie. Anak laki- laki yang baru saja berlarian dengan membawa pedang kayunya.

"Iya, yang mulia. Saya mengerti itu." ujarnya pelan.

"Ya ampun, Jamie diamlah." ujar seorang gadis dengan menggendong anak laki- laki tadi.

"Lucy, kau sudah pulang?" tanya Bella saat melihat gadis itu yang semakin mendekat.

"Hai, Ratu Bella. Ya begitulah, aku merindukan keponakanku tapi sepertinya dia tidak merindukanku." ujar Lucy sambil menurunkan keponakannya itu yang terus memberontak dalam gendongannya.

Lucy berkacak pinggang dan memandang keponakannya itu, yang juga memandang sang bibi dengan bibir yang berkerucut.

"Bibi, aku ingin bertemu dengan ayah." ucapnya khas anak kecil yang sedang merajuk.

"Lalu kau tidak ingin bertemu dengan bibimu ini?" tanya Lucy dengan menyipitkan matanya.

"Nanti saja, aku ingin bertemu ayah dahulu. Aku ingin menunjukkan ini." ujar anak itu dengan mengacungkan pedang kayunya.

"Nak, beri salam pada bibimu. Ingat, ayah tidak suka jika kau bersikap tidak sopan." ingat ibundanya.

Jamie memandang ibunya dengan bersalah. Mengerti dengan ucapan sang ibu, ia pun memberi salam pada bibinya.

"Selamat datang, bibi Lucy." ujar Jamie dengan menundukkan kepalanya.

Lucy tersenyum geli melihatnya, ia pun mengusap kepala keponakannya itu dengan sayang.

"Kau semakin lucu." seloroh Lucy dengan mencubit pipi keponakannya.

Jamie memalingkan wajahnya dengan bibir yang berkerucut, ia selalu seperti itu jika bibinya mencoba untuk mengungkapkan kegemasannya.

"Ibunda, aku ingin bertemu ayah." rajuknya pada sang ibu dengan matanya yang berkedip lucu.

"Ayahmu, masih bekerja. Lebih baik temani bibi, kita bisa lihat hadiah apa yang bibi bawa untukmu." rayu Lucy.

The King (Kingdom Series #1)Where stories live. Discover now