Bab 24

14.1K 981 13
                                    

Jika saja rasa itu bisa dikendalikan, mungkin ia ingin mengendalikannya pada orang yang ia mau. Bisa saja dia mencintai orang lain tanpa harus bertarung dengan yang lain.

Itu yang dirasakan Lesso. Saat malam dingin seperti ini, ia selalu merasa sepi. Hanya ditemani jahe hangat dan duduk di depan perapian, ia mengenang kembali apa yang sudah ia lalui beberapa bulan terakhir.

Negeri Lace adalah negeri yang indah. Berawal dari ia yang ingin membantu ayahnya untuk merebut Lace dan dapat memegang kekuasan atasnya, tapi berakhir dengan ia yang mulai tertarik dengan seorang gadis.

Gadis bernama Bella. Gadis berambut panjang dan bermata indah yang ia lihat saat pertama kali di pasar, dan juga tempat pertama saat ia berada di negeri Lace. Caranya berbicara, memandang, senyumnya. Semua itu selalu berputar dalam otaknya.

Saat tuan Waston mengatakan bahwa gadis itu adalah gadis yang ia bicarakan dalam surat yang dikirim sebelumnya, dengan mudahnya ia menyetujui hal tersebut. Tuan Waston menulis dalam suratnya bahwa Raja muda negeri Lace punya satu kelemahan, dan itu adalah seorang gadis. Hal itu bisa dimanfaatkan untuk rencana mereka.

Merasa konyol akan hal tersebut, ia menyetujui agar gadis itu dibawa ke kerajaannya. Bisa menjadikannya selir istimewanya atau bahkan Ratu jika itu yang Lesso inginkan, karena gadis itu mempunyai kualitas sebagai seorang Ratu sebenarnya. Mengingat ayahnya yang memang mempunyai banyak selir dikerajaan, ia pun berpikir begitu awalnya. Tapi hal itu berubah saat melihat dan bertemu langsung gadis itu.

Ia terlalu istimewa untuk menjadi seorang selir, gadis itu sangat pantas untuk menjadi seorang Ratu. Meski ia harus merebut gadis itu dari tangan sang Raja Lace, ia akan lakukan apapun.

Ia mulai tidak peduli lagi dengan keinginan ayahnya yang ingin merebut Lace karena dendam masa lalu. Yang ia inginkan hanya Bella, meskipun ia harus bertindak egois.

Ia hanya bertekat merebut Bella dan membiarkan orang- orang suruhannya yang menyelesaikan semua rencana untuk merebut Lace, meski ia melanggar janji pada ayahnya itu. Karena dari awal, ia tidak pernah tertarik dengan dendam kerajaannya dengan Lace.

Suara pintu ruangannya terketuk membuyarkan segala pikirannya. Seorang pria masuk kedalamnya, pengawal pribadinya menunduk hormat saat sudah berada dihadapan Lesso.

"Pangeran, maaf mengganggu anda."

"Ada apa?" tanya Lesso dengan tatapan yang tak teralihkan dari perapian yang terbakar itu.

"Bisakah saya berbicara dengan anda sebagai sesama teman dari kecil?" tanya pengawal pribadinya itu.

"Sebenarnya ada apa, Moreno?" tanya Lesso balik.

"Maaf jika ini menyinggung anda. Tapi yang mulia menurut saya anda terlalu membuang waktu hanya untuk seorang gadis. Anda dapat bisa mendapatkan yang lebih." ujarnya menatap ke arah sang pangeran.

"Maksudmu aku tidak pantas untuknya?" tanya Lesso memandang pengawal pribadi sekaligus sahabanya itu dengan tajam.

"Bukan begitu. Aku mengenalmu sudah lama, dan selama itu banyak wanita yang merelakan hidupnya hanya untukmu. Kau tidak perlu sampai merebut milik orang lain. Bukankah itu cara yang rendahan?" pendapatnya menyadarkan dengan bahasa yang tidak terlalu formal.

"Kau menanggapku rendahan?" bentak Lesso tajam dengan wajah yang mengeras dan sudah berdiri dihadapan Moreno. "Aku merebut Bella dari Raja muda itu untuk menghancurkan dia dan merebut Lace, seperti janjiku pada ayah!" geramnya dengan mata yang terlihat membara.

"Tapi yang ku lihat, kau hanya berambisi untuk mendapatkan gadis itu saja." ujar Moreno singkat.

Lesso tertawa puas hingga kepalanya mendongak dengan tangannya yang bertepuk.

The King (Kingdom Series #1)Onde histórias criam vida. Descubra agora