Bab 21

15.2K 1K 6
                                    

Raja Lio sudah berpakaian dan memakai jubah kebesarannya, setelah sebelumnya ia berlatih bela diri dengan Darel. Ia memulai aktifitasnya diawali pertemuan dengan seorang perwakilan kerajaan Hanan.

Kerajaan Hanan adalah kerajaan terkuat dari blok utara, sama seperti kerajaan Lace yang terkuat di blok barat. Beberapa negeri di blok utara dan selatan sebenarnya tidak ingin terlibat dengan permusuhan antara kerajaan Kalee maupun Lace yang sudah terjadi selama bertahun-tahun, akan tetapi kedua kerajaan yang bersiteru itu adalah kerajaan yang terkuat di blok mereka masing- masing.

Dan hal itu pasti berdampak, entah itu untuk beberapa negeri di blok mereka masing- masing atau blok utara dan selatan. Kerajaan Hanan sendiri mempertimbangkan kerja sama dengan Kerajaan Lace yang sudah diputuskan.

Lion menuju ruang pertemuan didampingi dengan Darel, Sutta dan beberapa pengawal lain. Pintu besar itu terbuka menampakkan beberapa orang di dalamnya. Lion terlihat di pintu itu dengan wajah datar dan langkah tegapnya, semua orang yang berada diruangan tersebut berdiri dan menunduk hormat.

Diruangan itu terdapat meja persegi panjang di tengah ruangan dengan berbagai kursi kayu dengan ukiran dan warna emas yang menghadap meja itu, jangan lupakan singgasana sang Raja di ujung meja. Tirai berwana Merah dengan jahitan emas di tepi kain yang menghiasi jedela besar, juga dinding yang berhias lukisan dari beberapa seniman negeri di Lace. Dan ruangan itu tampak megah dan indah.

Raja Lio duduk disinggasananya setelah sebelumnya ia mengibaskan jubahnya kebelakang, Ia tampak gagah dan mengintimidasi. Lion mempersilahkan duduk kepada orang- orang yang berada diruangan itu.

"Jadi, dimana utusan kerajaan Hanan itu?" tanya Lion tanpa basa- basi.

"Yang mulia, di sudah berada di ibukota. Sebentar lagi ia akan datang." jawab Walikota Terren yang juga mengikuti pertemuan hari ini.

Sebelum Raja Lio kembali membuka mulutnya, seorang pengawal masuk kedalam ruangan itu yang memberitahukan bahwa utusan kerajaan Hanan telah tiba.

Seorang pria paruh baya yang masih tampak gagah masuk kedalam ruang pertemuan, diikuti oleh pria yang berumur lebih muda darinya yang Raja Lio yakini bahwa dia adalah asistennya.

"Selamat siang, yang mulia." sapa pria paruh baya  tersebut dengan menunduk hormat dihadapan Raja Lio. "Perkenalkan saya Gio utusan dari kerajaan Hanan menghadap anda."

"Selamat datang di kerajaan Lace, silahkan duduk." Raja Lio mempersilahkan tamunya itu untuk duduk di sebelah kirinya.

"Saya membawakan surat keputusan kerja sama dengan kerajaan Lace dari Raja kami. Silahkan." pria paruh baya bernama Gio itu memberikan sebuah surat kepada Raja Lio.

Raja Lio membuka gulungan surat itu dan membacanya. Sesekali ia mengernyitkan dahinya atau mengangguk. Setelah selesai membaca surat yang terdapat emblem kerajaan Hanan di bawah surat tersebut, Raja Lio kembali menggulung surat tersebut.

"Jadi kerajaan kalian menyetujui kerja sama yang kami tawarkan dengan sebuah syarat?" tanya Raja Lio yang memandang utusan tersebut.

"Izinkan saya menjelaskan." Gio meminta izin, Raja Lio mengangguk pelan. "Ya, Raja kami menyetujui kerja sama untuk membantu anda, untuk menambah prajurit ketika anda meminta kapanpun itu. Tetapi sebagai timbal baliknya, Raja kami meminta agar anda juga membantu kami untuk pemasokan bahan mentah pembuatan senjata." jelas Gio yang memandang ke arah Raja Lio.

"Bahan mentah apa maksud anda?" tanya Raja Lio tajam.

"Bahan mentah pembuatan senjata, anda pasti mengerti. Baja, kami menginginkan itu." ujar Gio tenang tetapi tidak dengan Raja Lio, ia sudah mengepalkan tangannya.

The King (Kingdom Series #1)Where stories live. Discover now