Bab 32

16K 1K 15
                                    

Barisan para prajurit menyambut datangnya sang penguasa. Mereka berdiri tegak dengan rapi di lapangan tempat mereka sering berlatih.

Sang penguasa berjalan dengan gagahnya. Ia menunjukan wajah kerasnya. Para prajurit itu memberi hormat sepanjang sang penguasa berjalan.

Sang Raja dengan wajah dinginnya berdiri diatas mimbar yang disediakan, menatap seluruh prajuritnya yang berjumlah ribuan itu.

Ia mendongakan dagunya, menunjukan kekuasannya, dengan jubahnya yang menjuntai.

"Yang mulia Raja Lorre, berkunjung kemari untuk memberi kalian penghormatan dan perintah untuk kalian." ujar Moreno yang sekarang menjadi juru bicara sang Raja penguasa negeri Kalee.

"Kami menerima perintah anda, yang mulia." ujar sang panglima yang berdiri ditengah lapangan.

Mendengar itu Raja Lorre mengambil alih, ia berdiri dengan gagahnya walau usianya telah paruh baya.

"Aku memberi perintah kalian bersiap untuk berperang melawan kerajaan Lace. Saat kita menaklukkan mereka, itu adalah jalan kita untuk merebut dunia ini. Apakah kalian siap berperang untukku?!" suaranya lantang menggelegar.

"Ya, yang mulia." ujar para prajuritnya serempak.

"Menangkan perang itu untukku!" serunya kembali.

"Hidup Raja Lorre!" kembali para prajuritnya mengelu- elukan Raja mereka.

Raja Lorre itu berbalik untuk turun dari mimbar. Ia merasa sudah cukup melihat prajuritnya, lalu berjalan kearah panglima perangnya.

Mereka berhadapan dengan sang panglima menunduk hormat.

"Kau ikut aku untuk menyusun strategi yang lebih sempurna dari kemarin. Dan siapkan prajurit terbaik, dua minggu lagi kita berangkat untuk menyerang." perintahnya.

"Baik, yang mulia." ujarnya dengan menunduk hormat.

Sang Raja diikuti oleh orang-orang kepercayaannya, termasuk sang panglima. Dan hari itu mereka merencanakan penyerangan pada musuh mereka yang sempat tertunda sebelumnya.

Merebut kekuasan adalah tujuan sang Raja, agar ia dapat memperluas wilayah kekuasaannya. Meski ia tahu, itu cara yang salah atau bukan.

---The King---

Putri Bella siang itu berjalan di taman istana dengan diikuti pelayan pribadinya.

"Anda tampak berbeda hari ini, putri." ujar sang pelayan pribadinya yang tepat berada dibelakangnya.

"Benarkah?" tanya Bella meyakinkan dengan membalikkan tubuhnya kearah pelayan pribadinya yang bernama, Daisy.

"Putri terlihat lebih cerah, anda terlihat sering tersenyum." ujar Daisy.

"Kau tahu Daisy, perasaanku tak bisa tergambarkan betapa senangnya. Mungkin itu yang menyebabkanku seperti ini." tanggap Bella dengan pandangan menerawang dan senyum dibibirnya.

"Saya rasa anda sudah mendapatkan tujuan anda." goda Daisy.

"Kau tahu dengan pasti." kekeh Bella.

Selama ia tinggal ditempat ibunya, Daisy lah yang menjadi temannya. Mengingat umur mereka yang tidak terlalu berbeda jauh.

"Selamat pagi putri." sapa para perlayan yang saat melintasi taman dengan menundukkan kepalanya takut.

"Selamat pagi." sapa Bella balik dengan memberikan senyumnya.

Para pelayan itu pergi setelah memberi hormat padanya.

"Kau tahu, Daisy. Dulu aku sama sepertimu dan mereka juga." ujar Bella yang masih memandang rombongan pelayan itu.

The King (Kingdom Series #1)Where stories live. Discover now