Bab 36 | End

28K 1.2K 51
                                    

Banyak perubahan seusai perang terjadi. Kedua kerajaan saling memperbaiki diri, dan banyak kekacauan yang harus dibenahi.

Raja Lorre yang meskipun telah banyak membuat kekacauan, tapi masih dimakamkan secara layak oleh kerajaan. Setidaknya, mereka menghormati sang Raja yang pernah memimpin itu.

Tuan Waston yang meninggal saat perang disesali oleh sang kakak, Tuan Kaari berpikir apa yang terjadi oleh adiknya itu semua karena adiknya berpikir jika ia telah tiada. Tapi saat adiknya tahu jika ia masih hidup, adiknya malah tetap berbuat tidak baik dan ingin menghancurkan kerajaan Lace karena hasutan dari Raja Lorre.

Lalu pemakaman untuk para prajurit yang sudah berjuang, banyak kesedihan yang tertumpah disana. Dikerajaan Lace sendiri, Lion menghadiri pemakaman yang dilakukan secara massal. Itu adalah bentuk penghormatannya karena mereka mau berjuang demi negeri mereka.

Lion menghela napas saat akan kembali keistana usai pemakaman itu, ia berbalik dan mendapati Darel yang menunduk dalam.

"Mari pergi." ajak Lion dengan menepuk bahu pengawal pribadinya itu.

"Yang mulia, lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini?" tanya Darel yang mengikuti Lion dari belakang.

"Kembali seperti biasa." jawabnya tenang.

"Tapi yang mulia, sebenarnya.. Itu.." ucap Darel yang gugup ingin mengucapkan sesuatu.

"Ada apa, Darel?" tanya Lion yang menoleh kebelakang sambil mengerutkan keningnya.

"Tadi pagi penasihat Sutta memberitahu jika, anda diundang dalam penobatan pangeran Lesso." ujar Darel dengan nada yang semakin pelan.

Lion hanya mengangguk pelan dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Darel yang melihat itu kembali terdiam, ia takut salah berbicara. Ya, Darel tahu meskipun kerajaan Kalee bukan ancaman lagi tapi menurut Rajanya, kerajaan Kalee masih menjadi ancaman untuk kehidupan pribadinya. Bagaimanapun juga pangeran Lesso pernah memiliki rasa pada Putri Bella, itu pikirnya.

Sampai di istana, Lion masih bungkam. Ia menuju istana Yaree, ia ingin sedikit mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Ia menolak Darel untuk mengikutinya lagi.

Tapi ia malah menuju kamar kedua orang tuanya, entah kenapa kakinya menuntun kesana. Saat membuka kamar itu, ia cukup terkejut karena adiknya berada disana.

"Kak, kenapa kau kesini?" tanya Lucy yang ikut mendekat kearah Lion yang duduk dikursi dekat jendela.

"Aku hanya ingin beristirahat." jawabnya singkat dengan sedikit memejamkan matanya dengan tubuh yang bersandar dikursi.

"Kenapa tidak dikamarmu sendiri?" tanya Lucy kembali.

"Diamlah, Lucy. Kepalaku sakit." jawab Lion dengan menghela napasnya sedikit.

"Biar aku panggilkan, Bella." ujar sang adik yang terlihat sedikit cemas.

"Jangan." tolaknya.

Tapi saat Lion mengatakan itu, pintu kamar terbuka. Seorang gadis cantik bertubuh mungil masuk kesana.

"Bella. Ada apa?" tanya Lucy.

"Aku hanya ingin memberikan ini." ujar Bella dengan mengangkat cangkir yang ia bawa.

"Itu pasti untuk kakakku." tebak Lucy.

Bella hanya tersenyum canggung. "Maaf, aku tidak tahu kau ada disini. Tadi Darel.."

"Sudahlah, aku mengerti. Aku akan meninggalkan kalian berdua." ujarnya dan menuju pintu.

Setelah Lucy pergi, hanya ada dua orang dalam ruangan itu. Lion masih memejamkan matanya nyaman, atau mungkin ia sudah jatuh tertidur.

The King (Kingdom Series #1)Where stories live. Discover now