Bab 15

17.6K 1.2K 16
                                    

Hutan nan dingin dimalam itu terdengar suara hentakan kaki kuda yang memecehkan keheningan malam. Sang penunggang kuda memacu kudanya dengan kecepatan yang kencang untuk mencapai tujuannya.

Dengan tangan kiri yang memegang tali kekang dan tangan kanannya memegang lengan kirinya yang mulai mengeluarkan darah semakin banyak. Luka robek di lengan kirinya terbuka lebar meski ia sudah melilitkan kain pada lukanya.

Menahan rasa sakitnya sang penunggang kuda itu terus menghembuskan nafas kasar untuk mempertahankan kesadarannya yang mulai terkikis. Wajah pucatnya seperti tak ada darah yang mengalir, ia terus mencoba memfokuskan pandangannya agar laju kudanya terus terkendali.

Sesampainya sang penunggang itu ditempat tujuan, ia melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan. Ia melewati lorong-lorong yang sepi dan hanya ditemani obor yang menggantung di setiap sisi lorong, hingga ia berhenti didepan pintu megah.

Dengan ragu- ragu ia memutar knop pintu dan masuk ke dalam ruangan dibaliknya. Disana ia melihat sesosok yang terbaring dengan mata yang tertutup, setelah menutup pintu dibelakangnya ia menghampiri sosok itu dan berdiri di dekat ranjang.

Ia melihat sesosok itu dengan tatapan sedih, wajahnya yang pucat dan darah yang mengalir di lengannya membuatnya tampak menyedihkan. Ia terisak tanpa ditahan dan berlutut di pinggir ranjang.

Tubuhnya sedikit mengigil dengan nafas yang tersengal- sengal, hingga sebuah usapan halus dipuncak kepalanya membuatnya mendongak saat merasakan sentuhan itu. Sosok yang terbaring diranjang itu menatap dalam matanya.

"Bella." ucap lirih sosok yang terbaring diranjang itu.

Mata mereka saling menatap dalam hingga orang yang berlutut yang ternyata adalah Bella terburu-buru untuk berdiri, tapi hal itu membuat Bella meringis karena rasa sakitnya yang kembali terasa.

"Ada apa dengan tanganmu?" tanya sosok yang terbaring itu adalah Lion.

Lion yang panik berusaha terbangun dari tempat tidurnya, tetapi tenaganya masih belum pulih ditambah luka dibahunya yang belum juga mengering membuatnya mengernyitkan dahi menahan sakit.

"Kau berbaring saja." usul Bella dan membantu Lion untuk mendapatkan posisi nyamannya.

Keheningan masih menemani mereka, banyak pertanyaan dikepala mereka tapi sulit diungkapkan. Lion yang khawatir dengan reaksi Bella setelah mengetahui fakta tentangnya seperti yang dikatakan adiknya tadi siang, dan Bella yang sedang menyiapkan hatinya untuk mendengar langsung fakta yang baru ia dapat apalagi Lion baru saja bangun dari tidur setelah berhari- hari, membuatnya tidak tahu apa hatinya dapat sekuat itu dengan energinya yang mulai terkuras.

"Ada yang ingin kau jelaskan padaku?" tanya Bella memecahkan kehingan yang terjadi.

"Kau saja. Aku yakin kau pasti memiliki banyak pertanyaan di kepalamu itu."

Bella hanya dapat menghembuskan nafas kasar mendengar hal itu.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Bella dengan memandang dalam Lion.

"Aku hanya takut kau menjauhiku." Lion melihat tatanpan kecewa dari mata Bella yang membuatnya menyesal.

"Lalu apakah dibenarkan dengan kau membohongiku hanya karena kau takut untukku jauhi. Itu tidak masuk akal, kau tahu itu." sentak Bella mendengar jawaban Lion yang sangat tenang.

"Tidak, Bella bukan seperti itu. Baiklah aku memang salah, aku hanya mengingat setiap perkataanmu saat kita pertama bertemu kembali." serga Lion.

"Perkataan yang mana?" tanya Bella dengan mengerutkan keningnya.

The King (Kingdom Series #1)Where stories live. Discover now