Satu - Penjelasan

1.2K 116 30
                                    

Ini memang di luar akal sehat. Sangat tidak masuk akal. Otak manusia dengan kapasitas kecerdasan atau ketololan tingkat manapun tidak akan ada yang bisa mempercayai ini! Siapa yang percaya jika aku yang sedang berangkat sekolah di pagi hari harus ditarik paksa oleh pria asing dengan perawakan berandal. Dia sinting, awalnya kufikir begitu. Ketika dia menjelaskan tentang dewa-dewi yang sama sekali tidak ku mengerti, aku fikir dia hanyalah orang kurang waras yang kecanduan narkoba--atau sejenisnya hingga dia bisa mengkhayal setinggi itu. Tapi hipotesis ku hancur luluh lantak bak bangunan kokoh yang rubuh tertubruk godam raksasa kala aku merasakan sesuatu yang asing.

Sesuatu yang tidak bisa ku terima dengan akal sehatku. Aku tertarik pada sebuah pusaran waktu dimana semua dimensi di sekeliling bergejolak dan berputar mengelilingi tubuhku dengan paduan warna yang benar-benar abstrak. Aku bahkan tidak merasakan bahwa diriku ini menapak. Dimensi dimana aku tersedot dalam lingkaran cahaya penuh warna membuat keseimbangan ku goyah dan aku sama sekali tidak tau harus apa selain menjerit dan berpegangan kuat. Angin berhembus begitu kencang mengoyak rambutku sampai berkibar. Lalu aku tidak sadar, aku menggenggam tangan pria itu terlalu erat. Mungkin kelewat erat? Entahlah, tidak ada lagi yang bisa ku pegang selain telapak tangan besar yang menghantarkan sepercik rasa aman di sebelah ku ini.

Kemudian cahaya yang amat menyilaukan mata itu perlahan meredup, memudar, tergantikan oleh nuansa gelap gulita serupa malam tanpa bulan. Udara dingin menerpa, tak urung membuatku kian mengeratkan genggaman tangan. Pria aneh yang mengaku bernama Justin itu tidak mengubrisnya, tidak menolak, dan tidak membalas genggaman ku. Namun aku tahu, dia amat membenci situasi ini. Seolah ia ingin segera sampai dan menendang ku jauh darinya. Itu mengapa ia selalu memalingkan wajahnya dari ku, jijik mungkin? Tapi aku tidak menjijikan. Paras ku lumayan, kok. Sudah pernah ku bilang kan kalau aku ini cassanova di sekolah? Huh, seharusnya Justin ini bersyukur bisa aku pegang erat-erat. Wajahnya yang ketus dan tidak bersahabat justru membuat kadar ketampanannya melorot sampai titik nol, mungkin minus.

Kembali ke cerita. Hitam yang menyelubungi kami berdua pun sirnah seutuhnya tergantikan dengan tempat yang kini masuk akal begitu aku sudah bisa menapakkan lagi kaki pada tanah. Saat aku tidak merasakan perubahan suhu yang drastis, dan pemandangan sekitar yang wah, benar-benar memanjakan mata dan sama sekali tidak menakutkan seperti pusaran waktu beberapa detik lalu. Aku mengerjap, berusaha mengatur keseimbangan agar tubuhku tidak limbung lantas mulai mengatur deru nafas. Saat itu pula Justin menepis tanganku kasar, tak peduli pada rintihanku karena ia sudah memutuskan untuk melangkah lebih dulu.

Mendengus seraya menghentakkan sebelah kaki, kendati aku tetap mengekorinya. Berjalan dengan langkah besar untuk menyejajarkan tubuh kita sementara ia nampak acuh dengan kedua tangan yang disumpal rapat-rapat pada saku jaket yang tebal. Senyum sedikit, kenapa? Apa salahnya sih tersenyum atau berbicara dengan nada baik-baik? Seharusnya dia sadar kalau dia akan terlihat lebih menawan jika sikap juteknya itu diubah menjadi keramah-tamahan yang memabukkan. Eh, aku ini bicara apa? Ya intinya begitu. Dia akan benar-benar cocok dijadikan reinkarnasi Dewa Yunani jika tersenyum manis dengan mata yang mampu menghanyutkan batin tiap wanita.

Tapi aku masih tidak percaya. Apa-apaan reinkarnasi Dewa? Aku reinkarnasi Dewi Athena? Bahkan aku tidak pernah percaya bahwa Dewa-dewi itu ada. Namun bagaimanapun, jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasakan secercah rasa bangga karena ternyata aku ini reinkarnasi seorang Dewi! Catat, Dewi! Siapa yang tidak kenal Dewi Athena? Dewi legendaris yang identik dengan keperawanan dan kejeniusannya dalam ahli strategi perang. Tambahan, dia adalah dewi yang sangat cantik dengan tubuh elok, uh, seperti itukah aku? Ya ampun, jadi selama ini setiap Ayah berkata jika aku ini sangat cocok dengan jelmaan Dewi Athena, ternyata itu benar? Ayah, kau harus tahu berita ini secepatnya!

"Bisakah kau berhenti membangun istana pikiranmu sendiri?" Suara alto yang tidak perlu kufikir dulu untuk menebak siapa pemilik suara barusan membuat tubuhku tersentak kaget bersama dengan bahu yang terperanjat. Aku menoleh, dan mendapati sepasang iris coklat madu yang terlihat menawan kini menatapku tak simpati. Bengis seperti ikan busuk. Aku terkekeh hambar.

Goddes ReincarnationWhere stories live. Discover now