Delapan - Atap Piscina

496 64 26
                                    

Gadis itu tengah menyantap makan malamnya dengan lahap di atas ranjang ruang kesehatan. Meja kecil bewarna putih susu terbentang di atas kakinya yang terselonjor. Disana ada beberapa hidangan yang kontan saja segera Agatha lahap di detik pertama makanan-makanan itu diletakkan. Sup daging benar-benar membuatnya ingin berteriak keenakan, cairannya yang hangat mengalir di kerongkongannya bagai air surga, membuat gadis itu menggelinjang hebat saat giginya menggigit keempukan daging yang terasa lumer dalam mulut. Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit bagi Agatha untuk menyantap semua makanan yang disajikan, lengkap dengan dessert dan minumannya.

Ia menghela nafas lega, lantas kembali menarik tubuh untuk bersandar pada kepala ranjang yang telah dilapisi bantal besar. Ia bersendawa, dan mungkin akan mengalami serangan jantung mendadak ketika pintu di sebrang ranjangnya tergeser pelan. Gadis itu terkesiap, nyaris menjatuhkan piring dan mangkuk kosong yang masih berjejer di meja tepat di atas kakinya. Agatha menarik nafas lantas membuangnya kasar. "Oh astaga," gadis itu menangkup dadanya, mengatur deru nafas seolah baru saja berjumpa dengan sekelompok hantu.

"Apa aku membuatmu terkejut?"

"Tentu saja!" Agatha bersidekap dada. Membiarkan sosok bertubuh jakung itu mengayunkan kakinya masuk ke dalam ruangan. "Aku fikir kau Harry, bisa mati aku."

Sebelah alis tebalnya meninggi. "Kalau aku Harry, kenapa?"

"Aku akan sangat malu." gadis itu menyembulkan bibir bawahnya. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Melihatmu."

"Hah?"

"Aku bilang, melihatmu. Sepertinya aku akan bermalam disini."

Agatha menggeleng cepat. "Tidak. Kau harus kembali ke Castelle de Santa." Yang diajak bicara tidak bergeming, ia diam tanpa mengubris, membuat Agatha menarik nafas dalam-dalam. "Oke-oke, kalian pasti sebal kan karena misi pencarian Poseidon gagal total, hanya karena seorang reinkarnasi Athena yang tak sadarkan diri dengan alasan konyol."

"Tentu saja tidak. Menunda mencari Poseidon, sama saja menambah waktu liburan kita. Kami bahkan berterimakasih pada gadis itu," pria itu berujar dengan nada jenaka. "Aku bercanda, Minerva. Tentu saja kami prihatin dengan kondisimu dan Justin. Liam benar-benar belum keluar dari ruangan Zeus setelah tujuh jam lamanya."

"Sampai sekarang belum keluar?"

"Sampai sekarang." ia berujar pasti. "Aku ragu dia akan keluar hidup-hidup."

Agatha terkekeh. "Zeus adalah dewa yang baik, dia akan memaafkan Liam. Lagipula, aku yakin Liam tidak sengaja melakukan hal ini padaku, dan pada Justin."

"Sengaja atau tidak, bagaimana bisa reinkarnasi Athena kalah dengan mudah?"

"Aku tidak menggunakan kekuatanku. Justin juga tidak."

Zayn mengangkat kedua alisnya. "Benarkah?"

"Well yea, bukannya mau sombong, sih. Tapi bangunan ini benar-benar akan hancur lebur kalau sampai aku dan Justin, para reinkarnasi dewa mengeluarkan kekuatan cuma-cuma. Mungkin kalian akan hangus terpanggang matahari, atau akan ada hujan tombak di sekitar sini."

"Ya, kau benar." pria berhidung mancung itu mengangguk setuju. "Tapi kau baik-baik saja? Aku rasa itu sangat sakit, sampai harus diperban." pria itu menunjuk bagian kepala Agatha menggunakan jari telunjuknya.

"Justin bilang kepalaku berdarah, dan tulangku ada yang patah. Tapi itu tidak sesakit kelihatannya."

"Baguslah kalau begitu, aku jadi lega. Tapi bolehkan, aku menjagamu malam ini?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Aku baik-baik saja, Zayn, kau bisa kembali."

Goddes ReincarnationWhere stories live. Discover now