Tiga - Arae Yang Baik

714 71 13
                                    

Nyaman sekali. Usai berendam di tempat pemandian air panas yang dapat dipastikan merupakan kolam berendam untuk wanita, aku segera beranjak untuk membilas tubuh dan berpakaian dengan buru-buru. Bukan karena ada sesuatu yang harus ku kerjakan, tapi sendirian di sebuah tempat sepi ketika sang rembulan semakin menjulang tinggi agaknya bukan ide yang baik. Ku kenakan pakaianku dengan lengkap, lantas dilapisi hoodie kelabu yang sedikit menghangatkan tubuh. Aku baru saja hendak kembali ke kamar asrama kalau saja ingatanku tidak terpusat pada satu objek secara tiba-tiba: Ponsel. Ya ampun, dimana ponselku?! Secepat petir yang menyambar, aku mengaduk isi paper bag yang tadinya sudah ku tenteng rapi. Aku mengeledah ke dalam, mencari-cari benda pipih itu namun yang kudapati adalah nol besar.

Aku menghela nafas, menghembuskannya dengan kasar. Meski tidak ada niat untuk kembali ke kolam sebelah, tapi ini satu-satunya pilihan. Ponselku hanya satu, aku tidak bisa beli yang baru karena aku tidak punya uang banyak disini! Aku hanya membawa dompet berisi uang saku anak sekolahan ketika Justin membawaku secara tiba-tiba. Haduh, bicara soal Justin, kepalaku langsung pusing meski hanya membayangkan jenis pemberontakan apa yang akan pria itu lakukan ketika aku masuk lagi ke sana. "Untuk apalagi kau masuk?!" Aku sudah bisa bayangkan dia bakal cuap-cuap seperti apa. 'Bangsat! Sialan! Sampah!' Aku hafal betul bagaimana cara dia menghinaku.

Tapi ponsel tetaplah ponsel. Aku harus mengambil benda itu. Dan disinilah aku. Berdiri di dekat ambang tirai sembari mengedarkan pandang ke seantreo kolam. Syukurlah, sepi sekali. Aku yakin pria dengan tempramen tidak normal itu telah kembali ke kamar asrama dan merajut mimpi indah dalam tidur cantiknya yang manis. Baguslah. Tidak perlu repot-repot minta maaf kan jadinya. Sambil menyunggingkan senyum penuh percaya diri, aku melangkah menuju teras kecil di tepi kolam. Disana aku melihat ponselku tergeletak meski kabut menghalangi pandang. Aku baru saja hendak meraih ponsel tersebut ketika aku mendengar suara gelembung-gelembung yang muncul di permukaan air tepat di belakang tubuhku.

Dengan rasa takut, khawatir, serta berbagai spekulasi negatif yang meluap-luap, aku memberanikan diri untuk berbalik. Dan nyaris saja menjerit kaget saat melihat seonggok tubuh pria sedang bersandar pada dinding kolam, dengan seluruh tubuh di bawah permukaan air. Aku kaget, tas yang ku jinjing langsung rubuh menghantam bebatuan yang basah. Ku tutup mulutku yang terbuka tanpa suara. Dia Justin! Demi Zeus, dia pria idiot yang beberapa saat lalu mengusirku! Tanpa berfikir dua kali, tiga kali, atau mungkin tanpa berfikir sama sekali, aku segera berlari mendekat, meski yang ku lakukan justru terpleset dan nyaris jatuh. Itu wajar karena disini licinnya bukan main. Buru-buru aku jongkok dan membungkuk, menarik keluar kepala Justin dari dalam air, membiarkan hidungnya kembali menghirup udara. Tolol, dia itu habis melakukan apa, sih?!

Aku juga tidak sudi sentuh kulit dia yang menajiskan ini. Tapi aku kan bukan pembunuh! Mana mungkin sih seorang Agatha yang terkenal dengan keramah-tamahannya ini justru membiarkan orang lain tewas tenggelam di depan mata sendiri? Bagaimana jika tiba-tiba ternyata ada CCTV yang merekam bagaimana si cantik reinkarnasi Athena berlari keluar saat teman sekelasnya sedang sekarat butuh bantuan? Well, sejahat apapun dia padaku, sebenci apapun aku pada matahari, tapi aku adalah aku. Dan dia adalah temanku. Maka dari itu, dengan seluruh tenaga yang aku kerahkan bagai aku tengah berada dalam ajang lomba bela diri, aku menarik tubuhnya keluar. Membiarkan sosok pria dengan kesadaran yang telah menguap itu terkapar di tepi kolam. Aku... astaga. Aku tidak tega.

Menghela nafas, aku mencoba menampar pipinya berulang kali. Berusaha mengembalikan kesadarannya yang tak kunjung menghampiri. Jangan mati, aku menggumamkan kalimat itu berulang, terus-menerus, tiada henti dengan suara nyaris serupa lirihan.

Ini konyol. Luar biasa konyol. Aku sedang menyelamatkan seorang pria yang tenggelam di kolam pemandian air panas! Ini... ini memalukan sekali, bukan? Jika aku edarkan berita ini di majalah dinding sekolah, reinkarnasi Apollo tenggelam karena ketiduran, itu akan memalukan. Hal seperti ini seharusnya tidak terjadi. Tapi tubuh ini seoalah dikendalikan, bergerak sendiri, tanganku dengan cekatan menekan kuat pada bagian di bawah dadanya yang tercetak sempurna. Aku tahu cara menyelamatkan orang tenggelam karena aku ini pandai di bidang olahraga, aku sering mengikuti kejuaraan berenang tingkat kota jadi aku suka melihat ketika para medis sedang menangani anggota yang tenggelam. Peralatan paramedis lengkap, dengan koper-koper berisikan properti kedokteran, tandu, serta tabung oksigen yang siap sedia.

Goddes ReincarnationWhere stories live. Discover now