Dua Belas - Ciuman Pertama

595 66 65
                                    

Entah mengapa, Justin tidak merasakan debaran yang dahsyat ketika Hailey mengucapkan terimakasih lantas memeluk erat tubuhnya beberapa menit lalu. Justin memang amat sangat senang, namun senang yang ia dapat lumayan jauh dari jenis senang yang dia ekspektasikan. Bagai distorsi, Justin fikir dia akan gemetar dengan degup jantung yang berpacu seperti sedang dalam ajang balap kuda, tapi justru bukan itu yang Justin rasakan. Justin hanya merasa hangat, dengan sepercik kelegaan menyiram hatinya ketika Hailey berkata bahwa ia menyukai boneka beruang. Justin senang melihat bagaimana Hailey mendekap boneka itu seolah Hailey sedang mendekap tubuhnya. Justin tidak bisa menahan senyum ketika Hailey menatapnya dengan pandang dipenuhi binar, dengan gumaman kata terimakasih yang tidak henti-henti keluar dari bibirnya yang sempat dipoles lipgloss dengan warna nude yang membuat kadar kecantikannya mendapat nilai plus tersendiri bagi Justin. Tapi rasa ini berbeda, seolah ia senang bukan karena Hailey memeluknya, bukan karena Hailey menyukai hadiahnya, ia hanya senang karena Hailey merasa senang juga.

Kemudian Justin sadar sesuatu.

Ia memandang Hailey lebih baik dari ia memandang siapapun, tapi ia memandanf Hailey bukan sebagai gadis yang ia suka.

Justin sadar bahwa masih ada alasan lain yang membuatnya begitu menyayangi Hailey, dan Justin sendiri tidak tahu apa alasan itu.

"Happy birthday." Sebuah suara serupa bisikan tiba-tiba menusuk telinga pria bermata coklat madu ketika Justin sedang melamun sembari menatap deretan pohon pinus yang berjajar di sekeliling taman. Pria itu nyaris saja terjerembab karena terkejut, namun ia bisa menjaga keseimbangan dengan baik, dan membiarkan sosok orang yang baru saja mengagetinya itu kini tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perut dengan sebungkus kado pada tentengan.

"Benar-benar sialan." Justin mengumpat. Agatha masih tertawa, perlahan bergerak untuk ikut duduk di kursi panjang bewarna putih susu yang terbentang di sisi taman.

Beberapa detik, tawanya mereda. Gadis itu perlu menghela nafas, seolah benar-benar kelelahan karena tadi tertawa sampai nyaris melewati waktu dua menit. Kemudian iris biru keabuan yang indah itu bergerak ke sudut, menatap Justin dengan teduh, memperhatikan profil wajah samping Justin yang terukir sempurna di bawah tamparan cahaya matahari yang hangat.

Hari ini tidak sedingin biasa nya, tetapi tidak panas juga. Kalau kata Zayn tadi, hari ini Justin sedang senang, itu menyebabkan matahari bersinar dengan baik. Tetapi Agatha tidak mempercayai nya dengan mudah. Agatha justru menertawai pria berambut hitam legam itu, dan malah mencerca Justin. Gadis itu bilang, kalau Justin tidak pernah senang. Bukan maksud jahat, tapi memang Justin tidak pernah terlihat seperti orang yang sedang senang, bukan? Jarang sekali ia melihat Justin tersenyum, padahal Justin akan terlihat menawan meski hanya menarik satu sudut bibirnya satu milimeter. Dan beberapa percakapan lain antara Zayn dengannya, membuat perasaan Agatha membaik, hingga ia lupa penyebab tangisnya pagi ini.

"Aku tadi bilang happy birthday. Dan kau justru bilang sialan? Aish, cari ke belahan dunia lain sana, mana ada orang yang bersikap seperti itu? Kau harusnya mengucapkan terimakasih. Sini aku ajari, te-ri-ma-ka-sih." Agatha berujar penuh penekanan. Justin meninggikan sebelah alisnya sebelum memutar wajah, menatap Agatha yang ternyata sedang melototinya dengan ganas seolah bola matanya akan segera meleleh keluar.

"Kau baik-baik saja?"

Agatha tersentak. Pupilnya mengecil perlahan. Gadis itu masih tidak beranjak. Kepalanya setia mendangak untuk menatap wajah Justin yang bernotabene lebih tinggi dari nya. Hening sesaat, sampai kemudian reinkarnasi Athena itu berdeham untuk menenangkan diri nya sendiri. Ia tahu apa maksud pertanyaan Justin, pasti Justin melihatnya pagi tadi. Oh, astaga, alasan apa yang harus Agatha ucapkan? Kemudian ia memalingkan wajah, memilih untuk menatap bungkusan kado yang sedang ia pegang, dan memainkan jari lentik nya pada pita ungu yang melingkar di sana.

Goddes ReincarnationWhere stories live. Discover now