Dua Puluh Tiga - Kalung

459 53 24
                                    

               Agatha baru selesai berkeramas. Gadis dengan lilitan handuk di kepalanya itu kini sedang berjalan mendekat ke arah jendela, hendak menutup kaca dan gorden karena hari sudah hampir gelap. Begitu tiba di hadapan jendela, muncul sesosok orang dengan tudung hitam yang tiba-tiba melompat masuk dengan gerakan super cepat. Kalau Agatha tidak segera sadar bahwa sosok itu adalah Justin, mungkin Agatha sudah mati jantungan di tempat saking kagetnya.

               Sekarang, yang gadis itu lakukan hanya menatap Justin dengan mata membesar tak percaya. Pandangannya dipenuhi oleh tanda tanya, bertanya apa yang Justin lakukan di sore ini? Sementara Justin sendiri masih sibuk menyapu sisa-sisa butiran salju yang menumpuk pada permukaan jaket tebalnya. Hal itu membuat lantai kamar Agatha menjadi kotor, mengundang decakan tertahan dari gadis itu. Namun tentu saja, Agatha belum sempat mengomel karena Justin sudah buru-buru memotong dengan aksi lain.

               Pria itu membekap mulut Agatha. Tidak kuat, namun bohong jika dikatakan lembut. Tangan Justin yang besar membuat hampir separuh wajah Agatha tertutup. Kepala Agatha menempel pada bahu Justin ketika pria itu menarik pelan tubuh gadis tersebut untuk menjauh dari jendela. Tentu saja Agatha berusaha lepas dari bekapan itu, namun Justin terlihat begitu gigih hingga kemudian keduanya limbung pada permukaan kasur.

               "Idiot, apa yang kau lakukan?!" Agatha buru-buru menyembur begitu mulutnya sudah bebas dari tangan Justin yang terasa membunuh.

               Namun Justin nampak tidak peduli. Matanya justru memandang lilitan handuk pada rambut Agatha dengan pandangan penuh duka. "Apa yang kau lakukan... Oh astaga, kau... keramas?"

               Gadis itu berdecak. "Lalu apa kalau bukan keramas?"

               "Astaga ayolah. Ini hari keempat kau demam. Seharusnya kau beristirahat, kau tidur di balik selimut dengan penghangat ruangan dan beberapa makanan hangat. Dan yang kau lakukan malah keramas? Kau tidak bisa berhenti membuatku kehabisan akal." Pria itu menggeleng seraya menghela nafas kasar. "Oh iya, aku membawakan ini," tangannya bergerak membuka plastik putih yang ia tenteng.

               "Bubur?"

               Ia menggeleng. "Tada! Sup daging dengan banyak seledri kesukaanmu!"

               Sebelah alis Agatha terangkat dengan sarkastik. Matanya memicing dengan sinis sebelum tawa remehnya terlepas begitu saja. Mendapat respon demikian, senyum Justin runtuh. Tangannya yang terangkat tinggi mendadak lemas jatuh ke bawah. Matanya yang penuh binar kini berubah menjadi sayu.

               "Apa-apaan itu?" Suaranya dibuat pilu. "Mengapa kau tidak senang?"

               "Kapan aku bilang aku suka sup daging dengan banyak seledri?"

               "Bukankah kau sering memakan sup daging dengan banyak seledri? Aku rasa kau menyukainya. Itu sebabnya aku tadi ke kantin dan menyuruh seseorang untuk memasakkan ini. Asal kau tahu, aku menunggu lama sekali hanya untuk mendapat sebungkus sup. Mengapa kau tega begini padaku? Setidaknya, kau harus berpura-pura senang."

               Justin merengut. Matanya jatuh terarah pada bungkusan sup yang entah mengapa kini terlihat begitu menyedihkan. Justin menarik nafas lelah. Kemudian tanpa ia duga, ia merasakan sesuatu yang lembab dan dingin menyentuh permukaan bibirnya. Cepat sekali, tidak sampai satu detik. Hal tersebut kontan membuat matanya terbelakak. "Oh my..." Ia terperangah. Kepalanya menoleh ke arah Agatha sementara sebelah tangannya menyentuh bibirnya sendiri dengan penuh rasa tak percaya.

               "You kissed me. After so looooong long long long time."

               "Itu karena kau sangat menggemaskan. Percayalah, tidak akan ada orang yang tahan untuk tidak mencium orang sepertimu, Just."

Goddes ReincarnationWhere stories live. Discover now