Enam Belas - Aphrodite dan Cupid

567 66 42
                                    




.

.

"Minerva?" Ada raut wajah tak percaya ketika Apollo menemukan Agatha ke dalam matanya. Pria baya yang nampak gagah dibalik pakaian panjang yang melilit tubuhnya dengan sempurna itu melompat dari kereta dengan lihai--menghasilkan suara ketukan saat alas kakinya menepuk bebatuan setapak di tengah-tengah hamparan rumput hijau. Dalam hitungan detik, kereta langitnya lenyap bersamaan dengan tersemburnya stardust mewarnai udara. Apollo melangkah mendekat, senyum Justin mengembang menatap pada leluhurnya. Justin berusaha bangkit dari duduk, telapak tangannya diadu pada permukaan rumput untuk berdiri. Dibantu oleh Agatha, pria bermata coklat madu itu berhasil bangkit sebelum kembali menjatuhkan bokongnya pada permukaan jok kursi roda.

"Apa yang membawamu kemari, Apollo?" Justin bertanya sopan, jauh dari perkiraan Agatha. Ia fikir, Justin masih tidak bisa bersikap santun pada orang di sekitarnya. Namun mungkin pria itu menatap Apollo sebagai sosok yang lebih spesial, lebih istimewa dari kebanyakan orang yang bisa disebut figuran dalam roda kehidupannya.

Dewa matahari itu tidak menjawab. Matanya justru lurus menatap pada Agatha tanpa berkedip. Nampak raut heran menyelimuti garis wajahnya. Jika diperhatikan baik-baik, ada binar indah pada mata Apollo yang mempesona, menyorotkan pandangan penuh rasa hangat. "Kau... Minerva? Reinkarnasi Athena?"

Agatha dan Justin saling tukar pandang sesaat. Tatapan mereka beradu, dipenuhi banyak tanda tanya tanpa satupun jawaban. Kemudian Agatha mengalihkan pandangannya pada sosok Apollo yang masih diam berdiri menunggu kepastian. Berusaha terlihat sopan, Agatha menampilkan senyum tipis lantas mengangguk pelan. "Yeah, Aku Agatha Minerva. Reinkarnasi Dewi Athena."

"Demi Olimpus," senyum merekah pada bibir pucat dewa itu. Apollo nyaris saja berdecak dan melompat kegirangan. Matahari bergerak perlahan semakin tinggi. Goresan jingga kian beradu saling menyebar di seantero langit yang cerah.

Kemudian Apollo menarik Agatha ke dalam dekapannya tiba-tiba. Agatha tidak berontak, ia justru merasakan secercah rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan ketika berada dalam posisi seperti ini. Aura ke-bapak-an menguak begitu lembut dari sosok Apollo yang mampu menghantarkan aliran hangat pada tubuhnya. Kendati tidak tahu apa alasan mengapa Apollo melakukan ini, Agatha tetap memilih untuk membalas pelukan Apollo selama beberapa detik. Tangannya yang kecil melingkar pada pinggang pria gagah di hadapannya. Harum. Aroma yang sekilas terkesan panas dan membara, namun benar-benar memanjakan indra penciumannya. Agatha masih bertanya-tanya mengapa dewa tampan ini tiba-tiba datang dan memeluknya erat.

"Aku sangat bersyukur." Dewa matahari itu menarik tubuh. Kedua tangannya jatuh meremas lengan Agatha penuh kelembutan. Sorot matanya teduh, menusuk ke dalam iris biru keabuan itu hingga gadis di hadapannya sempat terhanyut sesaat. Apollo benar-benar tampan, percis seperti reinkarnasinya, Agatha bergumam pada diri sendiri. Kemudian tanpa ia sadar, dirinya terkekeh sendiri.

"Aku sangat bersyukur kau masih hidup."

Ucapan Apollo sukses mengundang kerutan pada dahi Agatha dan Justin bersamaan. Senyum gadis itu memudar dalam waktu singkat. Seolah otot dsn syaraf matanya menegang, Agatha mendelik seperti tidak akan bisa berkedip lagi. Gadis itu baru saja hendak bertanya ketika Justin menukas lebih dulu dalam kecepatan yang nyaris menyamai kecepatan cahaya--itu hanya perumpamaan saja.

Dari suara dan gerakannya, Justin jelas menunjukkan rasa cemas. Nada bicaranya penuh tuntutan, menantikan sebuah jawaban yang memuaskan. "Apa maksudmu, Apollo?"

"Maksudku, yea, aku senang Minerva masih hidup. Kalian harus tahu, banyak dewa dan dewi Olimpus yang berfikir bahwa dia telah mati."

Agatha tercekat di tempat. Ia ingin sekali melontarkan deretan pertanyaan yang seketika bergerumul dalam benaknya, namun keterkejutan yang datang secara mendadak membuat ia terpaksa diam dalam bisu. Agatha hanya membiarkan Justin yang memimpin pembicaraan. "Apa? Tolong bicara yang jelas, jelaskan semuanya. Sejelas-jelasnya. Apa maksudmu?"

Goddes ReincarnationWhere stories live. Discover now