Sembilan Belas - Percobaan Austin

445 63 17
                                    

Sejak malam itu, Agatha tidak pernah tahu bagaimana caranya agar ia bisa memaafkan diri sendiri. Dia merasa bersalah. Seperti dugaan, dia mulai hidup dalam kabut penyesalan. Sudah terhitung empat hari sejak insiden mengenaskan di mana Hailey tewas di bawah kendali Aphrodite—yang dalam arti lain—sudah empat hari pula terhitung sejak Justin mengetahui siapa saudari kembarnya.

Malam itu, Agatha tidak hanya mengatakan kalau Hailey adalah saudara kembar Justin. Agatha juga mengatakan bahwa Ibu Justin baru meninggal dunia. Agatha tidak tega ketika melihat raut wajah Justin yang berubah drastis mendadak jadi es batu seakan pria itu sedang menatap meteor yang hendak jatuh menimpa kepalanya. Justin diam dalam keheningan, tak bicara, terlihat hampa, namun nampak jelas di dalam isi kepalanya sedang terjadi badai besar.

Agatha tidak melihat Justin menangis. Ia tidak lagi melihat air mata Justin. Terakhir ia lihat Justin menangis, itu terjadi untuknya pada petang itu. Mungkin berita ini terlalu berat untuk Justin, hingga pria itu bahkan tak sudi membuang-buang waktunya hanya untuk sekedar menitikan air mata—atau mungkin terlalu sakit bahkan menangis saja tak sanggup? Entahlah.

Justin sempat berfikir, mungkin dia adalah orang yang paling tidak beruntung di dunia. Ia kehilangan kembaran dan Ibunya sejak kecil, dia kehilangan sahabat-sahabatnya, dia juga sempat dianggap gila dan harus rela mendekam di ruangan khusus selama hampir delapan belas bulan. Ketika Justin tahu siapa kembarannya, ia harus merasakan kehancuran ketika menerima fakta bahwa kembarannya baru saja meninggal. Dan tanpa ia ketahui bahwa kembarannya selama ini berada dekat dengannya.

Namun Justin berfikir lagi. Bukankah lebih baik begitu ketimbang ia tidak pernah mengetahui siapa kembarannya sampai akhir khayat nanti? Bukankah sikap Justin pada Hailey selama ini tidak buruk? Bisa dibilang, impian Justin untuk membuat adik kembarnya tersenyum telah terwujud dari jauh waktu sebelum ia tahu siapa kembarannya itu. Jika Justin ingin bersyukur, masih ada hal yang bisa ia syukuri. Tapi jika Justin ingin mengeluh, ada sepuluh karung keluhan yang selama ini ia pendam dalam diam. Justin memang terlihat dingin dan sombong, tapi sebenarnya ia hanya percaya bahwa diam jauh lebih baik daripada bicara tapi menyakitkan orang lain.

Karena sebenarnya, Justin tidak pernah ingin menyakiti siapapun.

"Coffee?" Justin tersentak. Lamunan dan khayal pria itu buyar bagai baru saja dipukul palu godam. Matanya menatap pada tangan kecil yang terulur. Tangan itu menggenggam segelas kopi panas yang berlapiskan kardus coklat tipis. Sedotan kecil tertancap di bagian atas. Dalam keadaan normal, Justin pasti akan meraih kopi itu. Tapi sekarang dia tidak ingin ada orang yang mendekat, dia hanya butuh waktu untuk sendiri.

Justin tahu berdiam dalam penyesalan memang tak ada guna. Tapi berpura-pura bahagia juga bukan opsi yang baik. Sudah wajar jika seseorang akan berubah murung setelah merasakan kehilangan. Jadi kali ini, Justin menepis pelan tangan kecil yang terulur itu. Matanya kembali menatap lurus ke depan, pada pemandangan pepohonan yang berjajar di halaman belakang sekolah. Sekolah ini sangat luas, halaman belakangnya hampir sama dengan hutan mini. Luas, besar, namun asri. Di sini satu-satunya tempat bagi Justin untuk bisa menenangkan diri.

Gadis yang menawarkan kopi itu cemberut. "Kenapa? Ini kan kesukaanmu,"

"Sejak kapan kau tahu kalau aku suka kopi? Aku rasa kita tidak terlalu dekat." Justin tidak menyangka bahwa ia akan bicara. Namun kalimat itu terlontar begitu saja dari sela-sela bibirnya.

Ariana nampak berfikir. Kemudian ia menarik nafas. "Aku sering melihatmu minum kopi." Ia berkilah. Jelas bohong.

"Aku rasa tidak. Kau tahu darimana?"

Tentu saja karena Agatha memberitahunya. Hanya saja, Ariana tidak se-bodoh itu dengan memberitahu Justin bahwa Agatha adalah dalang dari skenario ini. Oleh karena itu, Ariana hanya menghela nafas pendek. "Kalau tidak mau, ya sudah."

Goddes ReincarnationWhere stories live. Discover now