Sepuluh - Bertengkar

515 61 38
                                    

.

.

Sekilas, Agatha melirik pada kalender yang tersemat di dinding dekat meja.

28 Februari.

Ia menghela nafas, kemudian mulai memilah beberapa buku dari mini library di sudut kamar untuk bahan materi biologi yang akan kelompoknya kerjakan sore ini. Agatha baru saja hendak melangkah pergi ketika matanya tertuju pada Hailey yang sedang membaca buku sejarah olimpus di atas ranjangnya, dengan guling kecil yang ia dekap erat. Berfikir sejenak, Agatha memutuskan untuk menghampiri gadis itu lebih dulu sebelum keluar ruangan.

"Kau tahu kalau besok tanggal satu Maret?"

Bola mata Hailey bergerak menatap gadis di hadapannya. Tidak ambil susah, perempuan berambut pirang pasir itu hanya mengangguk sebelum membalik lembaran kertas kuno yang tersusun rapi menjadi buku tebal pada genggamannya. "Siapa juga yang lupa dengan ulang tahun sendiri?"

"Kau tahu kalau ulang tahunmu sama dengan orang lain?"

Gadis itu menghela nafas berat, kendati pandangannya masih lurus membaca deretan kalimat yang tertera di buku. "Ada jutaan orang yang lahir pada tanggal satu Maret."

"Termasuk Justin?"

Kali ini Hailey mengangkat kepalanya. "Termasuk siapa?"

"Reinkarnasi Apollo."

"Benarkah?"

"Ya."

Hailey memberi jeda sepuluh detik hanya untuk bungkam dan berfikir. Agatha fikir, setelah ini Hailey akan bicara banyak. Tapi ternyata gadis itu justru mengedikkan bahu, kemudian kembali menatap pada rangkaian kata yang tertera pada kertas kekuningan yang nampak kusam. Agatha menghela nafas. Kemudian memutar tubuh dan baru saja hendak menarik gagang pintu ketika pintu itu justru sudah terbuka lebih dulu, membuat tubuhnya terperanjat ke belakang saat satu sosok tubuh masuk ke dalam dengan tergesa-gesa. Dari aroma parfumnya saja Agatha sudah hafal siapa gadis yang senang sekali bersikap hiperactive ini yang tidak lain dan tidak bukan adalah si reinkarnasi Aphrodite, Madison Beer.

"Kau mengagetkanku." Agatha membuang nafasnya asal. Namun Madison nampak tidak menampilkan raut wajah bersalah sama sekali, alih-alih ia malah menarik lengan Agatha tanpa permisi, membuat buku-buku yang berada dalam dekapan gadis bermata biru keabuan itu nyaris saja menghantam lantai.

"Ikut aku."

"Kemana?" Agatha masih menahan diri. Belum mengikuti Madison yang bersikeras menarik tubuhnya.

"Koridor."

"Kenapa?"

"Ikut, aku, sekarang, Minerva."

Agatha menepis kasar tangan Madison yang terasa mencekik lengannya. "Aw, itu sakit. Katakan ada apa?"

Madison menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. Dan jawabannya itu sukses membuat pupil Agatha melebar dua kali lipat.

"Justin bertengkar!"




Goddes Reincarnation





Pria itu sedang memandangi secarik kertas foto kuno yang telah lecak. Kini tengah ia genggam dengan jari-jarinya. Mata coklat lembut pria itu menelisik foto begitu dalam, seolah jiwa dan fikirannya masuk ke dalam momen saat-saat foto itu diambil. Ketika ia masih remaja, menginjak tahun-tahun sekolah menengah pertama, tanpa beban, tanpa masalah, dan tanpa dendam. Zayn menghembuskan nafasnya kasar, lantas melipat foto tersebut mengikuti arah lipatan sebelum-sebelumnya yang telah membekas sebelum ia masukkan ke dalam saku jaket. Zayn menyempatkan diri untuk menyesap tegukan terakhir espresso yang berada di atas meja lantas ia bangkit dan baru saja hendak melangkah keluar kafetaria ketika seseorang menyerukan namanya dengan suara yang jauh dari kata bersahabat.

Goddes ReincarnationWhere stories live. Discover now