Perpisahan

299K 16K 1.2K
                                    



Mr. Bov mengajak dua putranya makan di restoran dekat komplek perumahan, mereka menyantap hidangan sate ayam menu utama di restoran tersebut. Pikiran Ando dan Iqbal masih belum penuh, mereka berdua tetap tidak mengerti maksud tujuan papa-nya. Apa Mr. Bov sungguh tidak marah kepada mereka?. Mereka berdua melanjutkan makan dengan rasa hampa dan penuh kebimbangan.

Mr. Bov meletakkan sendok dan garpu diatas piring, makananya sudah habis tak tersisa. Kemudian menyeruput lemon-squash sampai habis.

Mr. Bov memperhatikan dua putra-nya, masih tetap makan dalam diam tanpa berani mendongakkan kepala sedikit pun untuk menatapnya kembali. Ia sangat tahu bahwa Ando dan Iqbal begitu takut dengan dirinya.

Mr. Bov merogoh saku-nya, mengambil bungkus rokok dan pematik yang ia gunakan sebelumnya, mengeluarkan satu batang dan menyalakannya. Asap rokok mengepul di atas udara.

"Lusa kita semua pindah ke prancis" ucap Mr. Bov datar dan dingin.

Kalimat yang terlontar dari bibir Mr. Bov berhasil membuat Ando dan Iqbal mematung seketika, seolah waktu mereka terhenti saat ini. Apa yang barusan pria paruh baya itu katakan? Apa mereka sunguh tidak salah dengar? Sekali lagi keduanya mencoba mencerna baik-baik.

"Papa sudah putuskan, kalian semua pindah ke Prancis. Hidup sama Papa, tinggal sama papa. Tidak ada yang hidup sendiri lagi" Mr. Bov semakin memperjelas pernyataanya.

Ando dan Iqbal meneguk ludah mereka bersamaan, tidak ada yang berani berkomentar. Kedua mata mereka bergerak tak pasti, cemas.

"Kejadian yang menimpa adik dan kakak kamu hari ini, memberikan banyak pelajaran buat papa"

"Uhukkuhukkk"

Ando merebut rokok yang ada di tangan papa-nya secara paksa, membuangnya dan menginjak dengan kaki-nya. Ando tau bahwa sang papa bukanlah seorang perokok. Pasti beliau begitu sangat frustasi dan tertekan saat ini.

Mr. Bov menghela napas berat, menatap Ando dan Iqbal bergantian.

"Papa tidak ingin kejadian hari ini terulang lagi, baik kepada Ify dan kalian berdua"

"Papa tidak ingin kalian semua dalam bahaya lagi, papa tidak ingin itu terjadi. Papa ingin menebus semuanya."

Mr. Bov merasakan napas-nya sedikit tak beraturan, kedua matanya ber- kaca-kaca tak sanggup meneruskan kalimatnya untuk beberapa detik. Sedangkan Ando dan Iqbal masih tetap diam, mendengarkan saja. Mereka tidak pernah melihat sang papa sampai tertekan seperti ini.

"Andai mama kalian masih ada, mungkin kalian tidak akan terlantar seperti sekarang. Papa—"

Tatapan Mr. Bov menurun, menerawang kosong dan sangat hampa.

"Papa minta maaf belum bisa jadi seorang ayah yang baik bagi kalian semua"

Satu kalimat tersebut berhasil membuat hati Ando dan Iqbal bergetar hebat, mereka menatap sang papa penuh iba. Mereka tau bahwa papa-nya adalah orang yang sangat sibuk, dan semua itu dilakukannya agar tidak teringat dengan almarhuma istrinya. Beliau masih belum bisa melupakannya, begitu juga dengan Ando dan Iqbal.

"Di sisa umur papa sekarang yang mungkin tinggal sedikit lagi, Papa ingin membuat kehidupan baru bersama kalian bertiga. Kita tinggal bersama-sama di Prancis."

Kedua mata Mr. Bov menyorot ke arah dua putranya dengan serius, ia tidak main-main dengan ucapanya barusan.

Ando dan Iqbal menghela napas yang sedari tadi mereka tahan. Mereka nampak berpikir keras sedari tadi, mempertimbangkan semua ucapan papa-nya, mempertimbangkan maksud dan tujuan sang papa melakukan ini.

ELWo Geschichten leben. Entdecke jetzt