Langit dan Hujan.

338K 15.4K 1.7K
                                    


Ify keluar dari taxi, ia memang tak memanggil Mr. Lay atau siapapun untuk menjemputnya. Sia yang memaksa ingin ikut saja tidak ia perbolehkan. Ify hanya ingin pulang sendiri.

Ify berdiri di depan gerbang rumah. Menatap rumah tersebut dengan perasaan senang. Merasakan kerinduan yang teramat dalam. Hampir 2 bulan lebih ia tidak pernah pulang. Ia belum pernah bertemu lagi dengan papa, kakak dan adiknya. Biasanya Ify berhubungan dengan keluarganya hanya melalui telfon atau pesan singkat.

Ify meminta penjaga rumah membukakan pintu, disana terdapat para pengawal dan juga Mr. Lay yang berjaga dan nampak terkejut melihat kehadiran anak majikanya.

"Nona Ify? Apa yang nona Ify—"

"Papa ada, Mr. Lay?" potong Ify cepat.

"A.. Ada nona. Mungkin sudah tidur di kamar" balas Mr. Lay dan langsung diangguki oleh Ify.

Ify melirik ke jam tanganya, menunjukkan pukul 10 malam. Ya... Mungkin mereka semua sudah tidur. Ify berharap tidak bertemu siapapun nantinya didalam. Ia hanya ingin bertemu dengan papa-nya saja.

"Tolong ini taruh di kamar saya Mr. Lay" ucap Ify datar memberikan kopernya ke Mr. Lay.

"Iya nona"

Ify pun segera berlalu, berjalan masuk kedalam rumah yang terasa sepi. Ify merindukan suasana rumahnya sendiri yang terasa sangat nyaman, melebihi apapun. Ify tenang disini.

Ify tidak menemukan ada tanda-tanda kehidupan baik di ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Sepertinya papa, kakak dan adiknya sudah dikamar masing-masing. Ify terus melangkah, namun ia tidak menuju ke kamarnya melainkan kamar Mr. Bov, papanya.

Ify sampai di depan kamar Mr. Bov, ia melihat Antonio yang baru saja keluar dari kamar papanya. Kedua mata Antonio membuka, terkejut melihat Ify.

"Papa sudah tidur?" tanya Ify tak mempedulikan keterkejutan Antonio.

"Mr. Bov masih didalam nona, baru saja akan berbaring di kasur"

"Saya ingin masuk"

"Iya nona silahkan." Ucap Antonio sopan dan segera membukakan kembali pintu kamar Mr. Bov.

Ify melangkah masuk, dan seperti yang dikatakan oleh Antonio, papa-nya sudah berbaring di atas kasur, namun dengan kedua mata yang masih terbuka, tanganya sedang sibuk mengotak-atik ponsel.

Ify menutup pintu kamar Mr. Bov pelan tak ingin menimbulkan suara, setelah itu ia berjalan mendekat satu langkah demi satu langkah.

"Papa" panggil Ify pelan. Suara khas Ify berhasil membuat Mr.Bov langsung menoleh dihitungan detik berikutnya.

"Ify?" Mr.Bov terkejut dan langsung terduduk.

Ify mengembangkan senyumnya, ia lebih mendekat untuk memeluk papa-nya.

"Apa yang kamu lakukan disini malam-malam? Kenapa kamu tidak bilang kalau akan datang? Kamu sama siapa? Rio?" tanya Mr.Bov berbondong, membalas pelukan Ify yang terasa erat. Mr. Bov tersenyum senang, ia begitu merindukan putri semata wayangnya.

Ify tak menjawab, sengaja memang. Ia hanya ingin merasakan kehangatan pelukan papanya. Ia butuh energi yang besar setelah menghadapi tekanan masalah yang berat selama 1 bulan di pernikahannya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Mr. Bov mulai mencium sesuatu tak beres. Beliau melepaskan pelukan Ify dan menatap sang putri dengan lekat.

"Ify nggak apa-apa Pa. Ify tidur disini ya pa" pinta Ify memohon.

ELWhere stories live. Discover now