Ando, Iqbal dan Ify mengikuti arahan dari Mr. Lay, beberapa jam yang lalu mereka telah tiba di Prancis. Mr. Bov mendadak menyuruh ketiga anaknya terbang saat itu juga dan ingin bertemu secepatnya. Entah ada apa, bisa dipastikan ini suatu yang penting. Mr. Bov tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Ando, Iqbal dan Ify memasuki semua restoran diatas rooftop yang tertutup. Tertata meja panjang dengan hidangan berjejer dari ujung kanan sampai ujung kiri, ada 5 kursi disana. Ketiganya memilih untuk segera duduk di kursi yang di inginkan. Sekligus menunggu kehadiran Mr.Bov.
"Cepat kamu selidiki kelemahan mereka"
"Kamu bayar mata-mata untuk mengetahui apa rencana mereka"
"Kerjakan sekarang"
Kepala Ando, Iqbal dan Ify bergerak 90 derajat, mereka melihat Mr. Bov berjalan ke arah mereka dengan raut gusar dan warna muka merah padam, menahan amarah. Dibelakang Mr. Bov ada Rio, menantunya. Sejak 1 minggu yang lalu, Rio memang mengikuti Mr. Bov perjalanan bisnis ke Prancis.
Mr. Bov mengambil tempat duduk, disusul dengan Rio.
"Apa kabar sayang" bisik Rio pelan sembari mencium singkat puncak kepala Ify. Rio duduk disebelah Ify.
"Baik" balas Ify dengan senyum senang.
Mr. Bov menatap ketiga anaknya satu persatu, raut wajahnya semakin serius.
"Kalian sudah makan?" tanyanya tanpa nada.
"Kita nunggu Papa" jawab Ando mewakili adik-adiknya.
Mr. Bov menghela berat, kedua tanganya bergerak kedalam, terkepal.
"Papa akan langsung saja" ucap Mr. Bov terdengar dingin membuat Ando, Iqbal dan Ify langsung fokus, tak berani untuk main-main jika Mr. Bov sudah seperti ini.
Mr. Bov menatap lurus ke depan.
"Siapa yang akan gantikan posisi Papa?"
"Siapa yang ingin menjadi pewaris Papa?"
Ketiganya terdiam, pasang mata Ando, Iqbal dan Ify bergerak cemas, mereka berlagak tidak mendengar pertanyaan tersebut. Biasanya dikehidupan drama, ketiga pertanyaan itu terlontarkan oleh seorang ayah maka semua anaknya akan berebut mendapatkan kekuasan itu. Namun, berbeda dengan Ando, Iqbal dan Ify. Mereka cukup realistis untuk menjalani mimpi mereka sesuai keinginan, dan kalau boleh jujur, tak ada satupun dari mereka yang ingin menggantikan posisi Mr. Bov. Bukan itu impian mereka.
Helaan napas Mr. Bov terdengar semakin memberat, karena tak ada respon sedikitpun dari ketiga anaknya.
"Ando, apa yang akan kamu lakukan ke depan?" tanya Mr. Bov menatap putra sulungnya tajam.
Ando menahan kegugupanya, tak ingin berpaling dari pandangan papanya, membalas tatapan itu lebih berani.
"Ando ingin jadi kepala polisi, Ando suka dengan pekerjaan itu. Maaf pa" jawab Ando jujur.
Mr. Bov beralih menatap putri cantiknya.
"Dafychi, apa impianmu ke depan?" tanya Mr. Bov, suaranya sedikit melembut.
Ify berpikir sejenak, namun tak ada jawaban di otaknya seolah ia tak memiliki impian yang spesifik di masa depannya.
"Entahlah, untuk sekarang Ify mau lulus sekolah, jadi istri yang baik untuk Rio" jawab Ify seadanya.
Mr. Bov menghela pasrah,
"Hanya itu?" tanya Mr. Bov memastikan.
"Sebenarnya Ify mau nerusin bisnis papa, jadi pewaris papa, tapi tidak untuk sekarang. Ify masih belum siap. Ify masih pingin nikmatin rumah tangga Ify"
KAMU SEDANG MEMBACA
EL
Fanfiction(NOVEL TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN SEGERA DIFILMKAN) "Kamu tau, Mario..." "Aku merasa seperti hujan dan kamu seperti langit." "Langit yang membuang hujan sesukanya, dan hujan yang selalu bodoh mau kembali ke atas langit untuk dibuang lagi." ***** Berc...