LAST PART

420K 15K 4.9K
                                    


"Ify....."

"Dafychi...."

"Dafychi.. bangun...."

"Bangun Fy...."

"Ify...."

"Dafychi...."

Kedua mata Ify mengerjap beberapa kali, perlahan-lahan bergerak untuk terbuka. Kilauan cahaya terang menusuk kedua matanya, membuat Ify harus menutup lagi untuk beberapa detik. Ify mencoba membukanya lagi, suara panggilan namanya masih terus terdengar di telinganya.

"Rio...." lirih Ify pelan. Samar-samar wajah suaminya itu yang terlihat di kedua matanya.

Ify merasakan tubuhnya sedikit mengigil, ia kedinginan.

"Ini dimana?" tanya Ify lemah. Ia masih mengumpulkan kesadarannya.

Ify sangat berharap bahwa kejadian sebelumnya hanya halusinasi seperti biasanya atau hanya mimpinya semata. Ify terus ber-do'a dalam hati.

Ify mengedarkan pandanganya, menyapu sekitar. Ia melihat Ando yang berdiri disebalah Rio dengan wajah tak kalah cemas. Kedua wajah pria itu memucat, dengan bibir mulai memutih. Ify mengepalkan kedua tanganya, dingin!.

Dan..... Ify menyadari dimana dirinya sekarang....

Sebuah Box Ice berukuran 2m x 1m, tidak bisa dibilang besar dan tidak bisa dibilang kecil. Ify bergeming tanpa suara, bibirnya bergetar. Ia sangat kedinginan.

"Kamu sudah sadar?" tanya Rio dengan wajah melegah.

Ify mengangguk lemah. Ia melihat Rio melepaskan jaket hitam-nya dan memakaikan ke dirinya. Walau tak sebegitu banyak membantu, tapi setidaknya bisa mengurangi sedikit rasa dingin di tubuh Ify.

"Di... dingin yo..." rintih Ify.

Rio membelai wajah Ify, tidak tegah melihat istrinya yang lebih pucat dari dirinya. Kondisi tubuh Ify memang akhir-akhir ini mudah melemah, terlebih lagi dia sedang hamil 8 bulan.

"Tahan ya sayang..."

"Kita pasti bisa keluar darisini"

Rio duduk disamping Ify, memeluk istrinya dengan erat, membuat tubuh istrinya hangat dalam pelukanya, entah itu bisa atau tidak. Setidaknya ia mencoba dulu.

Ify melihat Ando bergerak, kakaknya berjalan ke arah pintu. Berusaha untuk membukanya. Kedua mata Ify tak bisa terbuka sempurna, ia menahan rasa dingin yang luar biasa. Ia terus memeluk Rio lebih erat.

"Gimana Ndo?" tanya Rio penuh harap.

Ando menggeleng pasrah.

"Pintunya dari besi! Sangat susah untuk dibuka meskipun kita dobrak. Perlu arat berat untuk membukanya" jawab Ando setelah memeriksa pintu itu.

Ify teringat akan satu orang yang sedari tadi belum ia lihat. Ify menatap Rio.

"Dimana papa?"

"Papa dimana?" tanya Ify langsung panik.

"Rio dimana papa?"

Rio menepuk-nepuk punggung Ify untuk tenang. Tangan Rio menunjuk ke arah sudut timur, dimana seorang pria paruh bayah terbaring lemah dibawah jaket hitam, dan terbalut dengan lehernya juga terbalut dengan sebuah kaos sepertinya milik Ando.

"Papa pingsan 30 menit yang lalu, kondisi papa sangat lemah. Hidung papa terus mengerluarkan darah. Sep...."

"Papa terkena Hiportemia! Kita harus mengeluarkanya dari sini" potong Ando dengan cepat masih berusaha membuka pintu besi itu.

ELWhere stories live. Discover now