Dilema

16.2K 1.5K 136
                                    

" Exel katakan siapa yang melakukan ini sama kamu?" Saira menatap sosok di depannya dengan mata berkaca kaca.
Tangannya gemetar berusaha menyentuh luka sayatan yang masih mengaga di dekat pundaknya. Begitu banyak goresan yang terpahat di tubuh pemuda 17 tahun itu.

" Aku tidak apa apa." Jawab Exel lalu kembali mengancingi kemejanya.

" Exel aku mohon katakan siapa yang membuatmu terluka?" Saira menahan pergelangan tangannya. Gadis itu tampak sangat sedih. Melihat itu, Exel berusaha tersenyum seraya menghapus air mata di wajah cantik sahabatnya lembut

" Sudahlah, lupakan saja! Aku baik baik saja. Terima kasih sudah mencemaskanku." Ucapnya memegang tangan gadis itu hangat. Namun...

" Eemmmmhh." Bola mata birunya membulat saat tiba tiba Saira menjatuhkan diri dipelukan pemuda itu lalu tiba tiba mencium bibirnya lembut.

" Saira?" Exel menghela napas menjauhkan pundak gadis itu darinya.

" Apa yang kau...?"

"  Sshhhh Aku tidak bisa melihatmu terluka lagi. Kau tidak boleh terluka!" Tangis gadis itu sesak lalu kembali memeluk sosok di depannya erat, meremas punggungnya dan kembali menatap ke dalam mata birunya

" Ini tidak benar Saira!" Exel berusaha berpaling. Tapi Saira menahan wajahnya dan membelai pipinya lembut.

" Kau benar, Aku mencintaimu Exel." Ucapnya membuat Exel tersentak. Belum habis raut kaget di wajahnya, tiba tiba Saira memegang tengkuknya mesra lalu kembali menyentuh bibirnya dan mengecupnya pelan. Hingga....

" Prok Prok Prok."


( Yang terjadi di mimpi Hera sebelumnya...)

Dejavu 1

" Jadi ini yang kalian lakukan di belakang?" Seseorang tersenyum seraya bertepuk tangan memasuki ruangan itu

" Andrian?" Exel berusaha merapikan kemejanya. Namun...

Brug

Sebuah tinjuan yang datang membuatnya tersungkur. Andrian menatap ke arah Saira

" Pelacur!" Tudingnya keji. Dan...

Crash

" Andrian apa yang kau lakukan?"  Saira menahan seragamnya yang barusan di robek kasar Andrian.

" Kalau kau mau melayaninya, kenapa tidak mau melayaniku hah?" Sorot mata Andrian menajam.

" Andrian, kawan kau salah paham. Saira hanya membantu mengobatiku saja." Exel berusaha berdiri menghapus darah yang mengalir dari sudut bibirnya

Melihat Exel berdarah, Saira menatap Andrian emosi.

" Kau keterlaluan Rian, aku kira tadi kau sudah sadar. Kenapa kau melukainya?" Teriak Saira memerah

" Kenapa? Kau marah? Tidak terima? Terus saja bela temanmu ini. Lagipula dari dulu juga cuma dia kan yang kau anggap teman, teman berbagi, teman belajar dan teman bercinta!"

Plash

Sebuah tamparan keras membuat bola mata Andrian memerah. Ia meraih pundak Saira lalu mendorongnya pada meja dan mencoba mendekati wajahnya

" Kalian memang munafik!" Tekannya

" Andriaaaan lepaskaaannn!" Saira menangis mencoba berontak.

Sementara Exel?

Pemuda itu menahan emosinya dengan memejamkan mata, otot otot biru seolah tercetak jelas di leher putih dan lengannya.

" Rian aku mohon lepaskan dia! Aku tidak ingin berbuat kasar padamu." Ucapnya berdiri sempoyongan. Tapi Andrian tak peduli. Rasa iri, amarah, kecemburuan membuatnya kehilangan kesadaran.

SOUL HORROR  (True Love)Where stories live. Discover now