Takdir Part 3 finish

13.1K 1.2K 171
                                    

Flash back

Exel tersenyum senang saat melewati gerbang asrama saat itu, jantungnya terasa berdebar, sejenak ia berhenti menatap tempat di mana dulu ayahnya meninggalkannya.

" Ayah janji ayah akan kembali!"

Tak terasa bola matanya memerah haru, bayangan dirinya yang ditinggalkan di sana, bayangan waktu waktu yang ia lewati selama 12 tahun penantian ini seolah terlintas kembali.

" Ayah terimakasih kau mau mengabulkan impianku!" Ucapnya menyeka air mata lalu melanjutkan langkah. Sementara itu, di lain tempat...

Hania tampak memperhatikannya di balik sebuah mobil mewah yang terbuka sedikit kaca hitamnya. Senyum mengembang di bibir cantiknya kala itu.

" Teruslah melangkah masuk menuju takdirmu anak sial!" Senyumnya lalu hendak merogoh tasnya mengambil sebuah handphone. Tapi...

" Nyonya.. gadis itu...!!"

Bola mata cantiknya seketika membundar ketika melihat Hera tampak berlari dengan baju tidurnya, berusaha mengejar Exel.

" Sial... lakukan sesuatu sebelum dia sampai ke anak sial itu! Rencanaku bisa berantakan jika gadis bar bar itu berhasil mencapainya." Tukasnya keji.

Maka, pria berbaju hitam di depannya segera menurunkan layar kaca mobil lalu memberi kode pada sosok pemuda berjaket hitam yang tampak menunggu aba aba tak jauh dari mobil mereka. Dan dengan satu lirikan saja...

Bruuummmm

Pemuda itu langsung melajukan motornya cepat
Dan...

Brak

Tubuh Hera langsung terpelanting di tabraknya

" Bagus Fiza!" Senyum Hania senang.

Benar, inilah takdir

Fiza, sosok yang dibuat koma dan terpaksa kehilangan lidahnya gara gara Exel. Dia termasuk salah satu pembawa takdirnya.

***

Klek

Exel tersenyum saat membuka pintu perpustakaan megah di depannya. Ia benar benar berdebar saat ingat isi surat waktu itu.

" Temui ayah di tempat di mana ayah bisa langsung melihatmu di asrama itu! Agar ayah bisa melihat kilauan rambutmu nak."

Satu satunya tempat tertinggi di sana adalah perpustakaan.

Ya, menara perpustakaan.

Tapi benarkah yang menelfonnya tadi adalah ayahnya?

Benarkah tempat itu yang dimaksud Ayahnya?

Beberapa saat Exel melangkah masuk, tapi...

" Exeeeel tunggu!!" Andrian tampak terengah engah berlari ke arahnya. Keringat dingin membanjiri wajah tampannya yang seolah dipenuhi kecemasan.

" Kakak?" Exel tersenyum manis.

" Kak kau tahu,  Ayah tadi menelfonku kak. Dia ingin bertemu denganku."  Semangat Exel

Andrian melihat bola mata Exel berbinar binar, ia tampak begitu bahagia. Sama dengan bola mata anak kecil yang dulu selalu mencoba mendekatinya walau berkali kali ia marahi. Exel sekarang masih sama dengan Exel kecilnya yang mungil dan polos. Rasanya, Andrian benar benar ingin menangis.

SOUL HORROR  (True Love)Where stories live. Discover now