Kebenaran

12K 1.1K 154
                                    

" Ooohh hati? Kalau begitu aku akan memaksamu mengeluarkan hati itu!" Senyum Gaby penuh Amarah mengarahkan pisau itu menyentuh leher Exel yang menatapnya tanpa rasa takut.

Tapi...

Tok Tok Tok

Ketukan keras di kamar Stefany membuat niatnya tertunda.

Gadis itu berdiri dari sisi Exel lalu melangkah pelan ke sana.
Siapa yang mengetuk pintu?
Bukankah Stefany sudah pergi?

***

Waktu adalah dia yang bertahan
Waktu adalah perisai tuhan
Waktu adalah dia yang mempertemukan dan memisahkan
Waktu adalah dia yang memilih dan tak bisa dipilih
Waktu adalah kenangan, dan harapan.

Waktu adalah...

Takdir!

" Her...a?"

Langkahnya terhenti saat berbalik dari gerbang itu.

Apa aku terlalu merindukannya?
Rasanya aku akan sakit jiwa sekarang

Di manapun

Aku selalu seolah mendengar dia memanggilku.

Hera enggan menoleh ke belakang, ia menyeka air matanya lalu hendak kembali melangkah

Tapi...

" H..era.. itu k..au?" Suara itu kembali menghentikan langkahnya. Apa itu benar benar mimpi?

Dingin malam itu seolah tak terasa lagi

Rasa sakit yang mengurat di hati seolah hilang tak berarti

Saat...

Hera membalikkan tubuhnya dan melihat Sosok yang sangat ia rindukan berjalan tertatih tatih di sana. Di balik gerbang, di dalam asrama.

Apa ini Nyata?

" E...x.."

Bibir Hera gemetar. Ia mengucek bola matanya berkali kali meyakinkan diri. Dan benar, sosok itu masih ada di sana, menatapnya dengan air mata berlinang, wajah pucat dan seragam yang penuh dengan bercak darah, ia menopang dirinya pada gerbang seolah tak mampu lagi berdiri.

" Exeeelll!!" Teriak Hera akhirnya lalu berlari ke arah gerbang itu.

" Her..a a..ku."

" Ya Tuhann..." Hera menangis sesak menyelipkan tangannya dari balik gerbang, mencoba membelai wajah suaminya tersayang. Rasanya ia ingin mendobrak gerbang itu dan memeluk Exel, menciumnya.

Bagaimana bisa Exel berada di sana tiba tiba?

Apa yang terjadi?

Mungkinkah orang yang mengetuk pintu Gaby yang menyelamatkannya?

" Aku merindukanmu." Ucap Exel pucat.

" Sayang kau baik baik saja?" Tanya Hera menangis.

Lalu tiba tiba...

" Biar aku buka gerbangnya." Saira tersenyum mendekat. Ternyata ia berada di belakang tubuh Exel. Apakah Saira yang menyelamatkannya?

Sekali lagi, Saira mengalahkan Hera.

Gadis cantik itu tampak mengambil segerombol kunci dari saku jaketnya. Ia memilah milihnya lalu melangkah ke arah Gerbang. Membukakan pintu yang membatasi jarak antara Exel dan Hera.

Hera berhambur memeluk Exel saat gerbang itu terbuka, dikecupnya leher dan pundak pemuda itu penuh kerinduan. Ia menangis lepas, Exel bisa merasakan, betapa Hera sangat merindukan dan takut kehilangan dirinya.

SOUL HORROR  (True Love)Where stories live. Discover now