Cinta, amarah dan takdir

11K 1K 133
                                    

Karna takdir akan mencoba kembali...

" Ayah memintaku datang Her. Dia benar benar menungguku. Dia akan menjemputku." Exel berbinar binar menunjukkan surat di tangannya.

" Kau tidak boleh kesana!!" Hera berdiri dari duduknya dengan wajah memerah

" Kenapa?" Exel mengernyit

" Pokoknya kamu tidak boleh ke luar apartemen ini sampai akhir December! Gak boleh!" Teriak Hera berang berkacak pinggang. Exel berdiri menatapnya.

" Ada apa denganmu?" Tanya pemuda itu memerah. Hera terdiam, ia tidak mungkin mengatakan alasannya.

Apa yang harus ia jadikan alasan??

Apa??

" Kalau kau diam aku akan..."

" Aku hamil!!" Potong Hera seketika membuat Exel mengerjab beberapa kali. Terpaku. Lebih tepatnya " Shock "

" Sekarang kau tidak boleh ke luar, kau harus menemaniku! Titik! Kau tidak boleh membantah atau anakmu nanti akan ileran!" Hera bersungut sungut memegang perut datarnya. ( disamain sama ngidam kayaknya #PoorExel )

Mendengar itu, Exel melangkah ke hadapan Hera dengan kening mengernyit.

" Hamil?" Tanyanya menatap ke dalam manik mata Hera dalam. Gadis itu mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk cepat. ( duh Heraa Hera!!! )

" Bagaimana bisa?" Pertanyaan Exel membuat wajah Hera menjadi ungu.

" Ya... ya bisalah kamu kan jurusan biologi jadi ini seperti... hmmm seperti sel sperma yang... membuahi sel telur lalu.. terjadi pembuahan dan.. aku hamil deh." Hera berkacak pinggang membuat sebelah alis Exel terangkat. Terkadang sikap Hera yang berlebihan justru malah membuatnya terlihat aneh

" Berhenti berbohong! Kau pikir leluconmu ini bisa untuk mencegahku? Hera aku menunggu ayahku selama 12 tahun dan kau membuat lelucon seperti ini?" Tekan Exel mengambil napas panjang. Wajah putihnya memerah dan Herapun menundukkan wajahnya

" Kau tahu betapa berartinya ini bagiku kan?" Tekannya lagi.

" Aku mohon Exel jangan pergi!" Hera berujar tanpa menatap

" Aku akan tetap pergi. Ada atau tanpa izin darimu!" Balas Exel kemudian beranjak meninggalkan Hera ke kamarnya. Hera tak menyerah, ia berlari menyusul Exel yang tampak berbaring.

" Aku hanya tidak ingin kamu terluka Exel. Mungkin saja itu bukan surat dari paman Marteen." Hera merangkak duduk disisinya

" Lalu bagaimana kalau itu dari ayah?" Exel menatapnya tajam.

" Exel jika kau mencintaiku kau tidak akan pergi." Hera berkaca kaca. Exel menggeleng pelan dengan raut sebal

" Kalau kau mencintaiku kau akan mengerti." Balas Exel memalingkan tubuhnya dan mematikan lampu tidur. Membuat Hera mematung menatap punggungnya.

" Exel please!!!" Rengeknya mencubiti punggung Exel. Pemuda itu bergeming.

Melihat sikap dingin Exel, Hera menidurkan kepalanya di bantal lalu memeluk punggung Exel dari belakang

" Jangan pergi!" Ucapnya lagi

" Berisik ah!" Exel meraih selimut lalu menutupi kepalanya kesal.

Aku tidak akan membiarkan takdir itu terjadi, bagaimana pun caranya - Batinnya

***

SOUL HORROR  (True Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang