● Chapter 1

588 241 128
                                    

Daisy

Matahari mulai meredup disaat hujan mengguyur sekolahku. Aku menunggu hujan berhenti di perpustakaan seorang diri. Aku hanya menutup mataku. Dengan gemetaran tanganku mengetik pesan untuk kakak. Aku harap dia segera datang dan pulang bersamaku.

Aku pulang sejam lebih awal dari kakak. Biasanya aku pulang duluan dengan Yuuki atau kendaraan umum.

Tapi karena terlanjur hujan aku takut keluar. Aku mendengkam dibawah meja dan menutup mataku untuk meredam rasa takut.

 Aku mendengkam dibawah meja dan menutup mataku untuk meredam rasa takut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tidak ku sadari aku ketiduran. Aku menarik nafas setelah mengetahui lampu di perpustakaan sudah dimatikan. Kini gelap gulita.

JEDERRR...

Ternyata hujan masih berlanjut dan petir masih beraksi dengan gentur mencengkam. Aku hanya bisa menangis dan menutup telingaku, karena ponsel milikku habis baterai.


"Hiks... hiks... kakak... Daisy takut, kak." Rintihku yang sedikit menggema di ruangan ini.

Hanya satu pilihanku untuk bisa keluar dari perpustakaan.

Aku segera berlari tanpa bisa melihat apapun karena gelap gulita. Aku meraba-raba sekitarku untuk mengetahui tempat. Sampai aku menabrak sesuatu yang keras. Aku dibuatnya terjatuh.

"AKKHHH..." Aku berteriak ketakutan.

Namun teriakan itu terdengar diikuti teriakan seseorang juga. Itu membuatku menangis dan merinding. Ternyata di perpustakaan pun ada hantu.

Tiba-tiba cahaya terang menyinari wajahku. Di situlah aku menyadari sosok di hadapanku bukanlah hantu. Melainkan seorang siswa menengah akhir. Aku tahu dari lambang di seragamnya.

"Oi! Kau anak menengah?" Orang itu mengarahkan cahaya ponselnya didepan mataku dan membuatku merasa silau.

"I-iya. Aku mau pulang... Hiks... hiks..."

"Jangan cengeng deh! Mata udah bengep juga. Dasar anak kecil!"

"Terus aku harus gimana... huaa..."

Orang itu merasa muak. "Ya cari pintulah! Tinggal cari terus balik. Makannya kalau mau cepat pulang nggak usah nangis segala!"

Aku mengangguk dan mengambil ponsel orang itu ditangannya. Aku mengarahkan sinar untuk kami lalui. Setelah sampai di pintu, kami berusaha membukanya tapi tetap tidak bisa.

"Uh... Sial! Pintunya dikunci." Orang itu berusaha membukanya secara paksa dengan bahu dan sikunya.

"Kalo gitu kamu telfon aja orang lain untuk bantu kita."

Orang itu lekas rampas ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Nggak bisa lagi. Disini nggak ada sinyal. Mungkin karena lagi hujan deras di luar."

Kinji Rareta AiWhere stories live. Discover now