● Chapter 14

246 76 33
                                    

Ohayou! Bagi kalian yang suka J-POP, aku saranin download lagu Wishing- Rem (CV. Inori Minase) sebelum baca chapter ini.

Kenapa? Karena lagu ini bisa bawa pembaca lebih mendalami kisah pada Chapter ini. Nggak akan nyesel download lagu ini bagus kok😁.

Lagu ini itu insert songnya anime Re:Zero. Yang tahu harap komentar ya!😉

Happy reading!

●●●

Derap langkah kaki membisingkan lorong rumah sakit yang dilintasi Daisy. Begitu cepatnya Daisy melangkah. Meski nafasnya memburu dan kakinya mati rasa, ia tetap memaksakannya.

Dia sangat penasaran kenapa kakaknya menyuruhnya kemari. Walau tertatih, tapi ia begitu bahagia kakaknya memanggilnya.

Daisy membuka ruangan yang diberitahukan kakaknya. Matanya meneliti apa yang dilihat. Kakaknya ada disana, mematung tanpa ekspresi.

"Kakak! Ada apa?!"

Daniel tak menjawab ia terus saja memandangi kedua orang yang terbujur di atas kasur. Perlahan Daisy mendekatkan diri pada seorang yang terbujur itu. Dia membuka kain penutupnya. Alangkah hancur hatinya melihat pria yang membesarkannya telah pucat dan membeku. Dia terkejut. Sebelah tangannya dengan gesit membuka balutan lainnya. Didapatinya sosok yang melekat dihatinya. Tentu sudah pucat tak bernyawa.

"MAMA?! A-apa ini? K-kenapa kalian?! Hiks... Papa, hiks... mama!" Daisy memeluk erat orang tuanya yang sudah dingin. Tangisannya meledak, ia menjerit-jerit memanggil nama kedua orangtuanya.

Meski dari luar Daisy terlihat tidak dekat dengan orangtuanya, namun ia sangat sayang. Sikap pendiam Daisy adalah upaya agar kedua orangtuanya memperhatikannya. Daisy sangat ingin disisi mereka. Orangtua yang perhatian padanya. Tapi sayang mereka malah tak peduli dan berlaku keras pada Daisy. Hanya Daniel seorang yang mengisi kehidupannya.

Saat Daisy terisak, Daniel hanya tertegun. Dia terus menatap wajah papanya. Dia tak menangis seperti Daisy.

Terulang kembali. Tak dapat disangkal jika dunia ini membenciku.

Daisy tersendu-sendu angannya terbesat kenangan indah mereka sekeluarga ketika ia dan kakaknya masih dini. Hari dimana orangtuanya selalu bersamanya.

Kenapa kalian pergi secepat ini?! Bahkan aku belum berdamai dengan kalian! Sekarang siapa yang ku punya?!

Daisy menoleh pada kakaknya.

Dengan perlahan Daniel mendekati Daisy, bukan untuk berbelasungkawa. Daniel membuka kotak kecil dari sakunya dan mengeluarkan sebuah kalung berliontin permata biru. Sungguh cantik! Daniel melingkari leher Daisy dengan kalung itu.

Daisy tak mengerti dengan perubahan sikap Daniel. Dia tersendat diam menatap Daniel.

"Kakak?"

"Dari mama. Jangan pernah lepas!"

Daisy memegang erat liontin kalungnya. Dia menangis penuh kesedihan. Daniel seakan jijik melihat ekspresi adiknya.

"Untuk apa menangisinya? Terlambat! Kau tahu? Mereka berencana kemari untuk merayakan ulang tahunmu. Tapi di jalan mereka kecelakaan. Kau mengerti artinya apa?"

Daisy tetap diam. Dia menyadari kalimat Daniel yang sudah sangat berubah. Ucapannya terdengar sinis. Dulu Daniel selalu memanggil Daisy dengan namanya, sebutan 'kau'  tidak digunakannya. Daisy paham kakaknya masih sangat membencinya.

Daisy tak menjawab kakaknya. Dia mengerti maksudnya.

"Jelas kau pembawa sial! Jika kau tidak ada, mereka tidak akan mati bukan?"

Kinji Rareta AiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant