● Chapter 17

203 55 24
                                    

Tujuh tahun sudah bersilam. Lambat laun semua orang bertumbuh dan berkembang. Demikian juga waktu membuat segalanya berubah.


"Kondisi anda sudah bertambah buruk. Hanya bergantung dengan obat tak akan bisa merubah apapun. Saya sarankan anda melakukan transplantasi jantung." Ujar dokter pribadinya itu.

"Maksudnya... pencangkokan organ?"

"Benar. Lebih baik dilakukan di pusatnya yaitu negara Inggris."

"Apa dengan ini saya pasti sembuh?"

"Semoga."



○○○

Wanita muda itu berdiri di bawah sinar bintang kecil yang mengilap tepat pada tengah malam. Rautnya murung dan sayu. Batinnya hanya memutar kenangan indah bersama sahabatnya. Kini semua lain, faktor karier yang membuat jarak antar sahabat itu melonjak.


"Oh," Lirih Daisy lewat ponselnya.

"Boleh, kan? Kalau proyek pencabangannya selesai Gua pasti langsung kembali. Maaf ya, ini penting banget." Ujar lawan bicaranya, Will.

"I-iya, nggak apa-apa kok Will. Ini juga untuk masa depanmu! T-tidak masalah. Lupakan aku. Jaga dirimu disana ya! Jangan lupa istirahat." Daisy terbata-bata. Apa yang dia utarakan sangat bertentangan dengan isi hatinya.

...

"Lu juga. Jaga diri." Will mematikan panggilannya. Tonjolan di lehernya bergerak. Menghela nafas dilakukannya.



Semakin menengadah melihat bintang, air asin kian mengguyur wajahnya. Lagi-lagi dia harus kesepian dan merelakan kepergian sahabat tunggalnya. Sedikit kecewa memilih profesi yang berbeda dengan Will. Sebenarnya profesi Daisy sebagai perawat adalah pilihan Will. Will tidak memaksa, namun hanya menyarankan. Daisy yang penurut sudah pasti mengiyakannya dan ia telah melampauinya dengan bekerja di rumah sakit negeri.


Selagi Daisy menangis, ada siluet kelinci melintas di jalan taman itu. Daisy menghampirinya. Agak takut karena kelinci liar itu mendominasi warna hitam pekat.

Daisy berjongkok dan mengelus bulunya. Bulu tipis kelinci liar ini sangat berbeda dengan Pusy, kucing lamanya yang sudah tua.


Tidak tahu jika maut akan menerpa, mendadak cahaya terang datang dengan sangat cepat dari sebelah kanan, lalu benda cair menyelimuti sebujur tubuh Daisy. Seketika ia tak merasakan apa-apa lagi.

Daisy membuka mata berusaha mengetahui semuanya, ia melihat cahaya terang dan seseorang melakukan sesuatu dengan tubuhnya dengan alat yang tak asing bagi Daisy. Yang ia rasakan hanyalah sakit karena itu Daisy menutup matanya kembali dan kehilangan kesadaran.





Dia melihat sepasang pengantin bersinar dengan seulas senyum hangatnya. Mereka melambaikan tangan pada Daisy, seakan mengisyaratkan Daisy untuk menghampiri mereka.

"Mama! Papa!" Serunya. Dia berlari mendatangi dua orang yang sangat ia rindukan. Langkahnya sangat lebar dan bersemangat.

Tapi ia tak dapat melangkah lagi karena ada suatu medan energi transparan yang membatasi mereka. Dia terus memukul penghalang itu. Namun tidak bisa ia hancurkan. Dia pun menangis di depan orangtuanya yang iba.


Perlahan sang mama yang melangkah. Tangannya menembus medan energi dan terjulur. Daisy menggapai tangan pucatnya.

"DAISY!" Sosok pemuda berambut hitam, menarik tangannya dengan segera. Dengan itu tangan Daisy dan mamanya yang bersatu terlepas.

"Jangan tinggalkan aku!" Tegas pria itu dengan penuh air mata dan pelukan erat. Alangkah terkejutnya Daisy mendapati wajah pria itu.




Kinji Rareta AiWhere stories live. Discover now