● Chapter 25

132 19 4
                                    

"Will selalu bilang kau sangat baik padanya"



Darrel menghela nafas. Ucapan Yuuki terlitas selalu dan membuat hatinya heran.


Baik, huh?

Bagaimana dia bisa sebodoh itu? Dia bahkan tak menaruh sedikit kecurigaan padaku. Tapi aku tetap tak boleh lengah karena Hana orang yang teliti.

Daisy duduk mendekatkan diri, "ada apa? Akhir-akhir ini kau terlihat cemas?"

"Bukan apa-apa."

"Apa ini menyangkut Will? Tak terbayangkan, pasti sulit ya menghadapi semua perangainya. Aku sudah lelah dengan dia. Padahal sebisa mungkin aku meluruskan pikirannya namun tetap saja dia berlaku salah dengan tetap mengonsumsi narkotika."

Salah,

Itu bukan atas dasar keinginannya. Daisy begitu percaya denganku. Dan lagi aku merasa, jika Will juga sangat percaya padaku. Aku menyiakan kepercayaan mereka, apakah ini sungguh keterlaluan?

Tidak! Ini demi kebaikan dan keinginan Daisy dari dulu. Adanya Will hanya akan menggangu hubungan kami. Tindakanku tidaklah salah!

○○○

Will merasa ada yang tak beres dengan dirinya. Walau masih tergolong muda, ia sudah menyiapkan surat waris. Ia bilang pada Hana hanya untuk jaga-jaga saja. Tak lama pikir, Will menentukan ahli warisnya yaitu 50% untuk orangtuanya dan sisanya untuk Daisy.

Sewaktu pertimbangan ahli waris, dalam hati Hana tidak setuju dengan keputusan Will untuk memberi setengah harta melimpah ruahnya kepada Daisy. Tentu saja karena sikap Daisy yang sekarang. Tapi tentunya Hana hanya berkomentar dalam nurani saja.

Dalam rangka rapat awal bulan, Will dan Hana berangkat menuju kantor pusat yang terletak sebelah kota dengan mobil.

Saat rapat dimulai, Will dan Hana tentunya harus mengevaluasi bawahannya. Saat inilah yang sangat ditakuti para karyawan, sebab Will sangat tegas dan sering membentak. Tapi kali ini tidak. Will memuji dan berterima kasih, semuanya jadi dibuat terkejut.

Tak ada yang sangka, sebuah insiden terjadi. Dinding kantor bergetar hebat, lantai mulai retak. Alarm bahaya segera menyala dan menginstruksikan semua pekerja untuk keluar gedung melalui jalur evakuasi khusus. Semua berdesakan keluar, tapi Will tidak. Sebab Will menelfon Hana.

"Hana! Lu dimana?!"

"Saya masih diatas, jalurnya tertutup batuan. Saya harus cari jalan lain... hiks, cepat anda turun dari gedung in--AKH..."
Panggilan terputus dan suara bongkahan menyeruak dari atas.

Will segera berlari ke atas untuk mencari Hana. Dia tak mungkin sibuk menyelamati dirinya yang lemah daripada menolong Hana.

"Hana! LU DIMANA?!"

...

"Hana, JAWAB!"

...

Dinding mulai koyak dan berjatuhan. Walau dapat menghindar, tapi Will terkena reruntuhan kecil sehingga kepala dan sedikit anggota tubuhnya berdarah. Tapi tetap saja dia berdiri tegak.

"Pak,"

"T-tolong..."

Will mencari sumber suara tersebut di balik tumpuk bebatuan. Ditemukanlah Hana dengan kakinya yang bersimbah darah. Will cepat menolong dan mengangkatnya. Mereka berusaha turun untuk menyelamatkan diri. Tapi naas, runtuhan beton membuat mereka terperangkap.

Kinji Rareta AiWhere stories live. Discover now