● Chapter 12

166 69 25
                                    

Pusat ibukota menjadi tempat tinggalnya sekarang. Demi menghindari jeratan hukum. Memang tidak mudah untuk berganti tempat tinggal dan beradaptasi dengan lingkungan baru.

Masih ada penyesalan di hati nuraninya. Berat meninggalkan gadis bodoh yang nampak menolongnya secara mendadak. Dia merindukannya, tapi ia berserah dan tak berniat sedetikpun menengoknya.

Ditemani secangkir wine dia memulai tidurnya. Mental Will sungguh terguncang. Tapi dia selalu menyembunyikan kegilaannya. Dari hadap ia tak pernah menunjukkan tangisannya, namun dari balik ia menjerit melepas pilu.

Karena tidak adanya pengawasan, Will berkembang menjadi pribadi yang tak terarah. Hidupnya makin bebas dan tersiksa. Bahkan ia terjerat dengan jenis narkoba ringan, guna menenangkan dirinya. Hebatnya, meski dia menjadi pecandu binisnya tidak kehabisan modal. Kebutuhan akan uang yang besar membuatnya gigih membangun bisnisnya. Will sangat pandai dalam berbisnis meski masih sangat muda. Dia sanggup melebih cukupkan kebutuhan dirinya sendiri.

○○○

Sepulang rumah sakit, Daniel berubah suasana hati. Dia membuka pintu rumah menyelidiki penyebab Yuuki keracunan.

"Kakak, apa yang terjadi?"

Daniel tidak menjawab, ia melihat puding karamel berbalut vla yang jatuh ke lantai.

"Itu puding siapa?" Tanya Daniel.

"Yuuki,"

Daniel menoleh pada adiknya, ia merasa Yuuki tidak keluar rumah sebentarpun untuk membeli puding.

"Daisy yang belikan?"

"I-iya kak."

Daniel semakin pusing. Ia pikir puding dari Daisy tak mungkin mengandung racun. Daniel membanting dirinya di sofa, ia mengacak rambutnya. Menyesal rasanya meninggalkan Yuuki sebentar. Hal yang paling menyayat hatinya, kini ia kehilangan cinta pertamanya. Ia merasa tak bisa menjaga Yuuki.

Daniel menurunkan kepalanya, rambutnya diremas erat-erat. Giginya mengkertak penuh kesesalan. Perlahan air mata mengalir bersamaan.

"Kakak..." Daisy sangat iba melihatnya. Tapi ada yang aneh, Daisy tidak menangis padahal ia sahabatnya. Bukan senang, tapi sepertinya Daisy masih tidak percaya hal pahit ini menimpa.

"Bodoh sekali! SIAL!" Daniel menendang meja dihadapannya. Daisy memeluk kakaknya dari belakang berharap dapat meredam amarahnya.

"Hentikan kak! Yuuki belum meninggal. Tenanglah." Hiburnya.

Daniel menarik nafasnya. Tangisan kecilnya tak menjadi-jadi berkat Daisy. Daniel berbalik dan menelisik adiknya.

Dia bersyukur saudaranya tidak keracunan juga. Ia masih memiliki bonekanya yang selalu disisinya.

"Daisy... Tolong jangan ceroboh juga, sekarang kakak hanya punya satu keluarga, mengerti?"

Daisy berkaca-kaca. Ia sangat merindukan kakaknya yang protektif. Ia senang kakaknya jadi lebih dekat dengannya.

○○○

Malam harinya, Daniel terus memikirkan faktor keracunan Yuuki.

Mencelakai dengan racun... Sebagian besar pelaku dalam beberapa kasus yang menggunakan racun bermotif kebencian, bukan?

Daniel yang jenius tahu hal itu. Dia menerka-nerka siapa orang yang paling membenci Yuuki.

Dari situ ia mengingat ucapan Yuuki;

"... Gawatnya, dia sepertinya mulai membenciku. Jujur saja, aku juga kesal padanya".

Kata Yuuki saat ini yang membencinya adalah Daisy. Daniel mulai terkejut dan curiga Daisy yang melakukannya karena benci kepada Yuuki.

Kinji Rareta AiOnde histórias criam vida. Descubra agora