● Chapter 9

224 101 30
                                    

Daisy

Saat terik sengat matahari berubah menjadi sore hari yang hangat, dia berterus terang padaku. Aku tak dapat melarangnya. Aku tak punya hak atas itu.

Ini juga...

Satu-satunya jalan baginya.

Aku menganggukan kepalaku. Walau orang baru, namun aku merasa dekat padanya. Aku merasa sudah menjadi temannya.

"Aku mengerti." Aku berpaling demi mensemayamkan raut sedihku. Namun dia malah berpelik padaku. Dia tersenyum padaku.

Seketika terbesat,

Kenangan baru ini. Saat ia marah, menyakitiku, memelukku dan tertawa pedih menyembunyikan kesakitannya. Apa ini perpisahan?

Benda cair asin seringkali mengalir ketika teman dihadapanku ini muncul. Dia malah menyengir dengan polosnya.

"Kok nangis?" Dia menelengkan kepalanya bolak-balik. "Gak ada petir kok"

Aku memukul keras bahunya. Dia tertawa, tawanya membuat hatiku terasa lebih ringan.

Perpisahan ini takkan pudar oleh waktu, akan terus ku ingat.


○○○

Tengah sendu membuncah, sepasang mata sembab mengamati mereka.

Tepat setelah menyeka air matanya, ia berlari kembali.

○○○

Saat makan malam berlangsung, Daisy segera memberitahu kabar baik dengan antusias. Apa yang dia ucap sama persis seperti apa yang Will utarakan.

Dibekali sepucuk surat dari ketua, Daniel yang keras kepala dapat percaya pada adik tunggalnya. Dia begitu senang mengetahui adiknya tidak seburuk persepsinya. Ia segera meminta maaf pada Daisy.

Disana Yuuki hanya mematung. Wajahnya seperti sedang berpikir. Yuuki yang termenung dikejutkan oleh panggilan Daniel.

"I-iya?" Sadarnya.

"Besok temani Daisy menghadap Bu Windi ya! Dia harus mengambil baju seragam baru."

"Iya"

Daniel mendekatkan wajahnya pada Yuuki,

"Kau kenapa?"

"Bukan apa-apa. Aku hanya merasa mengantuk. Boleh aku duluan?"

"Oh, yasudah."

"Yuuki apa kau sakit?" Tanya Daisy dengan khawatir.

"Tidak. Maaf ya Daisy. Permisi,"

○○○

Ketika tubuhnya mendarat diranjang luas ini, dia menangis. Dia pikir pujaan hatinya telah mencintai lain pihak. Kini cinta pertamanya yang lampau bertepuk sebelah tangan.

Namun demikian ia tak membenci Daisy. Dia mendukung Daisy dan sangat berharap mendapatkan pengganti tempat perasaan berlabuh.

○○○

Daniel

Syukurlah apa yang ku harapkan menjadi kenyataan. Sungguh diluar dugaan!

"Daisy... terima kasih ya." Aku merangkup tubuh rapuh ini dengan erat. Dekapan ini begitu dalam. Aku bahkan merasakan detak jantungnya berpacu gesit.

Dia selalu pemalu seperti ini. Membuatku tidak tahan dan gemas padanya. Tak apa sesekali berbuat jahil pada adikku sendiri kan? Aku suka melihat rona wajah dan reaksi celinguk lugunya.

Kinji Rareta AiWhere stories live. Discover now