● Chapter 16

207 67 42
                                    

Daniel bersikeras memutar otaknya untuk mencari pelaku sebenarnya. Alisnya terangkat setelah memunculkan sebuah ingatan akan mamanya.

"Daisy seperti tidak menganggapmu sebagai kakaknya,"

"Mama salah! Justru Daisy adalah adik yang sangat menghargaiku."

"Bukan itu maksud mama, Daniel,"

"Lalu?"

"Kalian sudah pra remaja. Jadi jangan tidur sekamar lagi ya? Meskipun dia adikmu, tetap tidak wajar. Kalian kan sudah besar. Mengerti, kan?"

"Daniel paham, ma. Tapi bagaimana jika sedang hujan? Daisy bahkan tak ingin melepas pelukannya. Dia akan menangis jika aku menyuruhnya tidur sendiri."

"Kalau sedang hujan ya... tidak masalah. Lagi pula Daniel bukan anak nakal ya, kan? Meskipun mama dan papa jarang di rumah tak berarti tidak dapat mengawasi kalian. Kami selalu bisa melihat keadaan di rumah ini tiap detiknya."


Dia segera berlari menuju kamar orangtuanya. Tapi dilihatnya tidak ada barang yang ia cari. Kemudian, ia menelusuri tiap ruang rumahnya. Sesuatu yang ia cari ditemukan di ruang baca teratas, di sana jarinya menari-nari diatas keyboard. Dia sudah lama curiga jika terdapat kamera pengintai di rumah ini, nyatanya benar.

Matanya yang tajam mengamati monitor baik-baik. Di lihatnya hari ketika terjadinya tragedi atas Yuuki. Dia sempat menemukan waktu ketika Yuuki dan Daisy bertengkar. Daisy menatap Yuuki yang ketus. Matanya berkaca-kaca menampung air matanya.

Daniel tersendat. Wajah adiknya begitu mengikis hatinya. Dia duduk, matanya mulai berlinang air mata.


Aku bodoh! Jelas bukan dia.
Daisy itu penakut, lemah dan cengeng. Dia tidak bisa melakukan apapun dengan baik...

Dia,

Boneka milikku...


Daniel terbelalak ketika melihat adanya rekaman acak yang ia cari menampilkan seorang nenek tua yang sedang menyelinap ke kamar Daisy dan membuang botol toxic ke tempat sampah mini. Di lain rekaman, yaitu tepat pada detik ini, nenek tua yang sama masuk menggunakan kunci rumah yang asli. Dia menyusuri kamar Daisy, lalu membersihkannya sedikit.

Saat menaruh remote AC yang semula tergeletak ke tempatnya yang menempel di dinding, dia melihat lensa kecil menempel disana. Dirabanya lensa itu, matanya segera terbuka lebar, usainya dia tersentak oleh suara bantingan pintu.

Daniel mengunci pintu kamar dan berdiri tegak menghadap nenek itu.

"Anda siapa? Kenapa anda berusaha membunuh Yuuki hah?"

Pembantu itu hanya tergeming. Matanya sudah terdapat kilau bendungan air.

"JAWAB!!!"

Nenek itu segera berlutut dan tersungkur di bawah kaki Daniel, dia menjelaskan semuanya dengan tersendu-sendu.

"Saya minta maaf tuan muda... Cucu saya harus segera operasi. Maka itu saya terpaksa menjadi suruhan untuk membunuh Nona Yuuki."

"Siapa yang memerintahkanmu?"

"Tuan Erwin, pemilik saham transportasi udara. Saya tidak tahu kenapa dia ingin putri dari Bapak Rei meninggal. Dia punya dendam khusus dengan Bapak Rei."

"Sudah ku duga, bisnis saham itu busuk! Termasuk dirimu sialan! Karena mu aku melakukan kesalahan paling besar." Daniel berhenti bicara, dia sedang berusaha menahan kesedihannya. Tapi sia-sia saja karena dia tetap terisak, nenek Imah menunduk mengakui kesalahannya.

Kinji Rareta AiWhere stories live. Discover now