● Chapter 15

200 65 16
                                    

Daniel mengusap kalung berliontin biru yang pernah ia pakaikan pada Daisy. Dia masih tak mengerti mengapa kalung ini ada di tangannya. Berkat kalung ini dia cukup merindukan Daisy.

Tepat pada pagi buta Daniel pulang ke rumahnya untuk mengambil semua buku pelajarannya. Dia membuka pintu menggunakan kunci cadangan dan menuju kamar miliknya. Saat menuju sana, kamar Daisy terbuka dan dilihatnya kosong melompong dan lemarinya yang terbuka memaparkan beberapa sedikit pakaian. Daniel segera berlari masuk ke kamar itu dan menyadari sebagian besar pakaian Daisy menghilang.

Secarik surat yang terletak di meja belajarnya mulai menarik perhatiannya. Ia mengambil dan membacanya.

Untuk kakak,

Orang-orang bilang kita saudara yang sangat akrab. Mereka bahkan melihat kita layaknya sepasang kekasih. Perlakuan kakak yang khusus juga dasar dari rasa ini. Aneh bukan? Menjijikan bagi kakak, tapi sangat dalam bagi Daisy. Maaf kak, Daisy nggak bisa jadi adik yang baik. Daisy nggak bisa terima kenyataan pahit sekarang. Kakak sudah berubah, semakin besar Daisy paham kemustahilan balasan perasaan ini. Seperti yang kakak mau, Daisy akan pergi. Daisy sayang kakak, kakak mengerti kan? Daisy sayang kakak dan nggak mungkin mencelakai orang spesial kakak.

Daisy


Setelah membaca surat ini Daniel terduduk lemas dan berdebar. Dia takut salah menuduh. Dia menonjok cermin di hadapannya dan menangis. Dia masih tidak mengerti siapa pelaku yang meracuni Yuuki. Jika bukan Daisy, siapa lagi?

○○○

Setelah perjalanan panjang, Daisy sampai di lain kota. Dia berencana menginap di sebuah kos sederhana dan menetap disana. Tapi walaupun ia mencari sampai pelosok kota, ia tidak juga menemukan satupun kos yang mencukupi kantungnya. Dia menunggu hujan di halte. Dia memakai headsetnya keras-keras. Matanya ia pejamkan karena takut, lelah dan mengantuk.

Meong...

Daisy membuka mata mencari sumber suara kucing itu, ditemukannya di bawah kursi yang ia duduki.

Dia berjongkok mengambil seekor anak kucing dari dalam kardus.

"Hei! Mengapa kau sendiri?" Daisy mengusap bulunya yang tipis dan badannya yang kurus.

Saat hujan sudah berhenti, Daisy membeli sebungkus nasi dan berbagi makan dengan kucing itu. Daisy ingin melepas anak kucing itu karena merasa tak dapat terus merawatnya dan ia harus berhemat. Anak kucing itu terus mengikutinya sehingga meluluhkan hatinya. Daisy memang pencinta kucing namun kakaknya beranggapan jika kucing hanya sumber penyakit dan melarang Daisy merawat hewan apapun. Maka itu Daisy tak pernah punya hewan peliharaan. Pada akhirnya mereka berkelana mencari tempat tinggal.


Tidak.

Miris sekali. Mereka tidak menemukan juga. Daisy lelah dan terpaksa bermalam di penghujung gang buntu. Beralaskan kain dan balutan selimut tipis, Daisy dan kucingnya tertidur. Hingga datang sebuah tragedi, seorang pemulung datang dan merebut koper Daisy. Ia merampasnya kembali. Tapi pemulung itu segera membuat Daisy tak dapat melawan. Dia mengambil anak kucing baru Daisy dan meremasnya. Dia bilang tidak akan melepasnya jika Daisy tak memberikan kopernya beserta semua isinya. Dia tak berdaya, orang itu mengambil segalanya milik Daisy. Tinggal Daisy dan kucing ini seekor.

○○○

Daniel

Hari ini sungguh menyebalkan! Papa Yuuki selalu saja menanyakanku detik kejadian sebelum Yuuki keracunan. Aku tahu, dari kalimat pertanyaannya dia sudah menuduhku.

Kinji Rareta AiWhere stories live. Discover now