● Chapter 28

116 11 6
                                    

Semua hal bisa semakin runyam karena emosi yang tertanam.




Setelah pulang, Daisy merebahkan dirinya di kasur seakan kelelahan sehabis pulang kerja. Dia tak habis pikir tentang perubahan emosi Darrel. Darrel memarahi dia hanya karena sekadar berpelukan? Itu semakin konyol. Tangannya mengacak-acak rambutnya, berharap melupakan ekspresi Darrel yang terlanjur membekas di hatinya. Ia merutuki sifat Darrel yang semakin sulit dihadapi.

Di lain tempat, tepatnya ruang inap intensif Will, Darrel berkunjung kembali sehabis rapat mingguan bersama instansi rumah sakit. Hati panasnya meluap dan siap memberantas sosok yang ingin dia hapuskan sejak dulu. Semua kesesakan dan patah hati yang dia rasa, ada karena perbuatan laki-laki itu.

○○○

Kesakitan sudah biasa mengiringi hidup Will. Dia tak bisa tidur dan jantungnya berdebar dengan sangat cepat. Meski hanya duduk dia sudah merasa kelelahan. Bibirnya terasa sangat kering, sehingga dia berusaha mengambil segelas air di sampingnya. Tapi tangannya seakan mati rasa mendadak dan membuat gelasnya pecah belah dengan beling berserakan dimana-mana.

Semakin lama pandangannya mengabur, benda di sekitarnya makin terlihat aneh dan berbeda. Will tergemap dan lekas memaksa tubuhnya berdiri.


Ketika ia melihat ruangan rawatnya yang biasanya tenang dan nyaman. Perlahan-lahan berubah menjadi hunian penyiksaannya. Bahkan dinding dan wallpaper disana juga berubah. Lantainya yang semula berwarna putih mengilap berganti menjadi pijakan dari kayu seperti ruang bawah tanah yang terletak di rumah masa kecil Will.

Will semakin terengah-engah dan memelotot ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.


"Kemarilah, Will..."


"Jangan lari lagi!"

...

"Kau tidak ingin mati, kan?"


lelaki berbadan tegap itu bersuara dengan suara beratnya yang lantang. Tangannya memegang cemeti panjang untuk menciptakan goresan 'indah' baginya.


BRACK

Will berteriak kesakitan. Dia merasa darah segar mengalir dari punggungnya. Dia bertinggung sambil memohon ampun.


TRAUMA DAN HALUSINASI SEOLAH MEMPERMAINKANNYA


"Ada apa denganmu?!" Darrel menarik kerah baju Will dan memaksanya berdiri. Darrel melihat tubuh pucatnya yang lesu sedang memekik. Dari itu, Darrel benar paham jika suntikan amfetaminnya sudah bekerja dengan hebatnya.

"Tolong, berhenti ayah..."


Darrel terkekeh dengan kejinya, "ayah? Dasar sakit jiwa!"

Untuk pertama kali Darrel melihat ekspresi ketakutan Will. Dia merasa puas tapi belum sepenuhnya.


Dia menonjok rahang Will kuat-kuat hingga tubuhnya terlontar cukup jauh dan mendarat kuat tepat di atas pecahan gelas.

Dia menonjok rahang Will kuat-kuat hingga tubuhnya terlontar cukup jauh dan mendarat kuat tepat di atas pecahan gelas

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Kinji Rareta AiМесто, где живут истории. Откройте их для себя