● Chapter 10

180 85 20
                                    

Daniel

Pulang sekolah aku dan Yuuki langsung pergi menuju kediaman keluarga Yuuki. Karena mama Yuuki sedang berulang tahun. Aku harus memulangkan Yuuki.

Tapi sampai di sana, aku tercengang melihat kediamannya. Status dan derajat Yuuki sangat tinggi. Rumahnya saja bagaikan kastil diatas bukit. Aku diundang makan siang. Karena Yuuki sangat menunjukkan kemesraannya padaku dihadapan keluarganya, kelurganya pikir aku tulus dan sangat membahagiakannya. Itu sebabnya sanak saudaranya berserta yang lain sangat hangat padaku.  Bahkan mamanya Yuuki mengajakku mengikuti acara keluraga mereka hari ini di hotel pribadinya di luar kota dan akan menginap selama semalam.

Aku tak tertarik tapi karena tidak enak menolaknya aku menyetujuinya. Yuuki pun begitu mendesakku.

Tanpa basa-basi lagi, mama Yuuki menepuk tangannya sebagai sinyal pelayan untuk menyiapkan barang-barangku. Sungguh aku tak diizinkan pulang, walau hanya untuk menyiapkan keperluanku disana.

○○○

Memang terkadang takdir berkata lain. Ada saatnya seseorang datang menggantikan posisi dirimu.

Dengan tertatih-tatih Daisy melangkah menuju rumahnya. Matahari sudah seperempat memunculkan sinarnya.

Selama semalaman Daisy berusaha membuka ikatan di kursinya, alhasil ia dapat membuka mata dan mulutnya lalu keluar dari pintu yang tidak dikunci tetapi hanya ditutup.

○○○

Daisy

Karena sekarang hari libur, sekolah tidak ada penghuni. Mungkin hanya beberapa orang yang sedang ekskul, rapat atau sebagainya. Intinya yayasan yang melompong membuatku dapat keluar sembunyi-sembunyi dengan mudah. Aku tak ingin semua tahu ketersiksaanku disini yang tambah memicu perkelahian antara aku dengan para pembuliku.

Tubuhku terasa panas dan pusing. Rasanya ingin memejamkan mataku.

Setelah sampai teras, aku terjatuh karena tak kuat lagi. Dengan buram aku aku melihat sosok yang meneriaki namaku.

"Daisy! Daisy!"

Tiba-tiba sosok itu terlihat jelas dan sangat berbeda. Dari tubuh kakak yang tinggi menjadi sosok nenek tua yang pendek.


Setelah tersadar aku melihat nenek tua yang sedang mengompres keningku.

"Anda... siapa?" Tanyaku.

"Eh, non sudah bangun. Saya Nek Imah, pembantu baru non."

"Pembantu?"

"Iya, papa non yang mempekerjakan saya disini." Ungkapnya.

Seketika aku percaya. Aku tak berniat nemastikannya dengan bertanya pada papa atau mama. Aku selalu bersikap cuek pada mereka.

"Terima kasih, nek."

Aku langsung sibuk menghubungi kakak, namun tak dijawab. Aku mulai merasa khawatir.

○○○

Daniel

Setelah sampai disana, aku menghabiskan waktu dengan Yuuki.

Ini hal baru bagiku, untuk pertama kalinya aku jatuh hati. Dulu dekatnya terasa biasa namun kini rasanya beda, jantungku berkontraksi penuh.

Pada tengah malam  ia membangunkanku, lalu menariku menuju pantai. Dia bilang tidak bisa tidur. Kami mengendap-endap keluar, karena Yuuki tak diizinkan tidur terlalu malam oleh mamanya.

Di tengah cahaya rembulan, kami bermain air di pantai ini. Saat itulah aku menemukan cangkang kerang berwarna putih bergradasi emas, sangat indah! Tanganku lekas meraup cangkang itu dan memberinya pada Yuuki. Dia begitu suka dan senang. Dia bilang akan menjadikan liontin kalungnya. Dia bercondong memelukku dengan erat. Melihat ekspresinya yang bahagia dan lucu membuatku ikut senang. Saat ini, aku sama sekali tidak mengingat apapun jika dengannya mungkin sebab terlalu nyaman didekatnya.

Kinji Rareta AiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang