● Chapter 27

119 19 14
                                    

"Saat aku mengenal kasih sayang maka aku juga akan menanggung resiko untuk mengenal kebencian"




Untuk pertama kalinya Darrel merasakan kesesakan. Rasa sakit itu terus menikamnya dan mencetuskan pemikiran yang tak manusiawi.

Pada akhirnya, dia tak menyadari...

Bahwa kejahatan terkeji berasal dari rasa patah hati.

Dalam ruangan gelap yang sunyi, Darrel terus memandangi bed yang dulu ia sediakan untuk tempat berbaring gadis itu. Dia harap Daisy benar-benar masih milik seutuhnya seperti dahulu. Di pojokan ruang terdapat sebuah kotak yang berisi abu pengkremasian. Dia mengambilnya dan menatap dingin kotak itu.

"Apa aku masih kurang berkorban untukmu?"

○○○

Di mansion mewahnya, Darrel tinggal seorang diri. Tanpa satupun pembantu atau pelayan. Sebab jika butuh tenaga kebersihan dia tinggal memanggil dan memerintahkannya. Hanya ada beberapa chef dan empat security dibalik kedua gerbang besar menjulang tinggi yang senantiasa menjaga kediaman Darrel.

Di kamar Darrel menggunakan ponselnya untuk memanggil seorang chef untuk membawakannya puding. Puding yang dimasak dengan buku resep Daisy yang sudah hampir usang. Dia makan sambil membolak-balikan kertas gambar Daisy yang tak kalah juga usangnya. Semua benda yang tertinggal masih Darrel simpan baik-baik.


Ketika melahapnya pudingnya, terasa terlalu manis sehingga dia hampir memuntahkannya. Tapi rasa buruk itu malah membuatnya tersenyum.

Gambar yang Darrel amati begitu sulit dijelaskan. Daisy memang pintar menggambar, tapi panutan gambar dia adalah 'ekspresionisme' yang membuat Darrel agak sulit mengartikan gambarnya.


Darrel melihat seorang anak laki-laki yang mengecup kening seorang gadis yang terbaring di kasur dengan senyuman tipis, jika kau memperhatikannya lebih dalam maka akan terlihat senyuman yang dipaksakan. Yang tambah membuat terlihat aneh adalah gadis itu membawa setangkai bunga mawar putih beserta durinya. Jarinya terlihat tertusuk dan berdarah.

Sedangkan yang anak lelaki, dia mengecup keningnya sambil menangis dan menyembunyikan sebatang jarum dibalik punggungnya.


Daisy mengekspresikan seluruh perasaannya melalui gambar. Dia sulit ditebak dan membuat Darrel tertarik.


Dulu semua terjadi tanpa hasrat lain, tapi karena cinta. Cinta antar keluarga. Tapi sekarang telah berubah. Darrel mau seperti dulu, tapi dengan kasih yang berbeda. Kasih yang mana dahulu Daisy harapkan.


Keinginan Darrel akan tersusun rapi dan terwujud jika Will berhenti disisi Daisy. Itulah alasannya bertindak lebih jauh.


○○○

Tiba di rumah sakitnya, Darrel langsung menghampiri kamar inap Will. Dia membuka pintu dan menemui Will beserta Daisy yang duduk di samping Will.

Perasaan muram tambah menyelimuti hatinya. Api kecemburuan membakar habis logikanya.

"Daisy, untuk apa kau di sini? Apa kau tidak ingat jika kau hanya bekerja di tempat yang aku perintahkan?"

"Darrel... sekarang sudah waktu kerjaku ya. Maaf terlambat,"


"..." Darrel mengatup mulutnya saja dan merejam Daisy dengan tatapan kelamnya. Will bahkan bisa paham perasaan Darrel hanya dari bola matanya.

Kinji Rareta AiWhere stories live. Discover now