Chapter 7 - Si bonsai yang bahagia

47.2K 3.4K 75
                                    

Davian seketika terkesiap merasakan tangan itu bergerak membelai perut ratanya, "Tu-tuan, ingat janji anda," cicitnya takut.

Tangan itu berhenti bergerak dan seketika ruangan itu hening untuk beberapa saat.

Setelah keheningan yang benar-benar terasa mencekik Davian akhirnya terdengar kekehan Alexander, hembusan nafasnya menyapu lembut telinga Davian hingga membuatnya meremang, "sebegitu takutnya kah kau padaku?" Alexander melepas pelukannya pada Davian, berdiri disampingnya lalu bersandar pada jendela menatap Davian sambil melipat tangannya didada.

Untuk menghindari pandangan mata mereka saling bertemu Davian segera menundukan kepalanya, "aku hanya...hanya kaget," walaupun masih merasa terintimidasi oleh tatapan pria angkuh dihadapannya setidaknya Davian merasa lega karena Alexander tidak lagi memeluknya.

Alexander tersenyum miring, ia sangat tahu bahwa Davian takut padanya, reaksi pemuda itu pagi ini cukup membuatnya terhibur, "kemari, ada hal yang aku harus bicarakan padamu," Alexander beranjak dari hadapan jendela dan duduk kembali di sofa yang menjadi tempat tidurnya semalam.

Davian dengan enggan melangkah mengikuti Alexander dan duduk di sofa dihadapannya,  "ada apa?" 

"Ini tentang permintaanmu kemarin. Kau memintaku untuk membebaskanmu dari tugas-tugasmu dan membiarkanmu menjaga adikmu terlebih dahulu sampai dia keluar dari rumah sakit, tapi itu akan sangat lama jadi sepertinya itu tidak mungkin."

Davian langsung menatap Alexander begitu mendengar apa yang dikatakannya, "ke-kenapa? Apa dokter bilang keadaan adikku memburuk?" Pandangan mata Davian mulai tidak fokus dan bergetar, hatinya mulai dilingkupi rasa takut.

"Bukan seperti itu."

"Lalu..?"

"Adikmu akan dirawat dengan intensif disini, diawasi 24 jam oleh dokter, supaya kondisinya semakin membaik untuk persiapan operasi transplatasi sampai nanti donor jantungnya sudah siap dan operasi bisa dilaksanakan."

Davian akui ide Alexander sangat bagus tapi ia juga ingin menjaga adiknya secara langsung, "tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian, aku bukan meminta izinmu tapi memberitahu keputusanku. Mau tidak mau kau harus menerima, lagipula ini tidak merugikanmu," seperti biasa, Alexander memang tidak bisa dibantah, "kalau kau disini terus menerus, kapan kau akan melaksanakan tugasmu? Jangan bilang kau mau lari dari kewajibanmu, percuma saja aku mengeluarkan banyak uang untuk ini semua. Adikmu ti-"

"Baik Tuan Alexander saya mengerti," dengan berani Davian memotong perkataan Alexander, ia tidak mau pria arogan itu bicara buruk tentang keadaan adiknya.

"Bagus," Alexander menyeringai puas lalu ia berdiri, "kau tidak perlu khawatir adikmu akan kesepian, perawat akan menjaganya secara bergantian 24 jam penuh dan aku akan menugaskan orangku untuk mengawasi," setelahnya tanpa pamit pria tampan itu pergi meninggalkan Davian yang masih termenung.

Davian menunduk dan memegang kepalanya yang terasa pusing dengan kedua tangannya, 'ini harus aku lewati demi adikku.' Davian kemudian menepuk-nepuk kedua pipinya, beberapa hari ini ia merasa bukan seperti dirinya sendiri, biasanya dalam keadaan apapun dia akan selalu ceria, kadang bertindak konyol bahkan ceroboh, teman-teman sesama office boy atau office girl di vin corp. memberi julukan padanya 'si bonsai yang bahagia' karena dia kecil dan kurus seperti bonsai[1] tapi selalu terlihat bahagia.

[1. Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai) dilakukan di pot dangkal yang disebut bon.]

Mengingat panggilan dari rekan-rekan kerjanya akhirnya Davian terkekeh, tubuhnya memang kecil seperti bonsai kalau dibandingkan dengan pria-pria lain apalagi Alexander tapi dia tidak seberharga dan semahal bonsai, dirinya bukan apa-apa. Dan tentang Alexander, kali ini Davian berpikir kalau pria angkuh itu seperti makhluk mistis yang bisa menyerap kebahagiaan dan hanya menyisakan kesedihan seperti yang ia tonton di salah satu film tentang penyihir (di film Harry potter, yang Davian maksud adalah dementor), dengan pemikirannya itu Davian menepuk dahinya sendiri dengan kuat bagaimana disaat seperti ini pikiran konyol itu malah menyambangi otaknya, tapi memang benar kan Alexander itu seperti makhluk itu (dementor), seolah pria itu menyerap semua kebahagiaannya sampai ia tidak bisa mempertahankan sikap cerianya seperti biasa. Walaupun Davian sendiri tidak yakin apakah dirinya punya kebahagiaan, sikap cerianya semata-mata hanya untuk melindungi dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia baik-baik saja menjalani hidupnya yang semrawut.

[BL] Allure (Complete)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora