Chapter 34 - Bangkit

28.7K 2.3K 106
                                    

Chapter 34
Bangkit

Davian menggenggam tangan pria itu seolah takut akan kehilangan. Namun kali ini bukan tangan Alexander yang sedang ia genggam melainkan tangan Thomas.

Operasi jantung yang dijalani Thomas berjalan sukses dan ia sudah melalui masa kritis, namun masa kritis belum benar-benar berlalu sebelum Thomas sadar dan membuka matanya.

Kakek Alexander itu sudah dipindahkan ke ruang rawat dan Davian dengan sabar menunggui Thomas. Davian duduk di samping ranjang Thomas sambil menggenggam tangannya, berharap kakek yang baik itu akan segera membuka mata. Sedangkan Alexander sedang keluar untuk membeli kopi dan makanan untuk dirinya dan Davian.

Alexander berjalan lesu menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar di mana kakeknya dirawat. Di tangan pria tampan itu terlihat membawa kopi dan makanan.

Wajah lesu Alexander seketika menegang begitu melihat seorang dokter dan beberapa suster berjalan cepat dan tergesa-gesa memasuki kamar rawat Thomas.
Nafas Alexander sempat tercekat, namun setelahnya ia berlari menyusul dokter dan para suster yang memasuki kamar rawat di mana kakeknya berada.

Begitu Alexander memasuki ruangan itu, ia bisa melihat dokter dan para suster mengelilingi ranjang pasien tempat kakeknya terbaring hingga ia tidak bisa melihat wajah Thomas. Sedangkan Davian berdiri tidak jauh dari sana, berdiri memunggunginya.

Alexander segera menaruh kopi dan makanan yang ia beli di atas meja dan bergegas menyentuh bahu Davian dengan rasa takut dan khawatir yang besar, "Davi, apa yang terjadi dengan kakek?"

"Alex," Mengetahui Alexander sudah ada di belakangnya, Davian segera membalikan tubuhnya dan memeluk Alexander dengan erat, "Kakek sudah sadar."

Mendengar perkataan Davian membuat rasa cemas dan takut di hati Alexander tentang keadaan kakeknya seketika menguap tanpa bekas, wajah murungnya langsung digantikan oleh sebuah senyuman lega.

Dokter sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Thomas dan mengatakan bahwa keadaan Thomas sudah cukup stabil dan masa kritis sudah benar-benar dilalui.

Thomas memandang wajah Davian dan Alexander secara bergantian lalu terkekeh lemah, "Aku pasti sudah membuat kalian sangat cemas. Lihat wajah lelah kedua cucuku ini, bahkan kalian mempunyai mata panda," ucap Thomas dengan nada bercanda, namun sangat jelas ada nada penyesalan juga di dalamnya.

"Tidak kakek, tidak begitu," Davian kembali menggenggam tangan orang yang sudah ia anggap seperti kakeknya sendiri, "Yang terpenting, kita lega karena kakek sudah baik-baik saja."

Alexander mengangguk setuju dengan apa yang diucapkan oleh Davian, "Kakek jangan banyak berpikir dulu dan beristirahat lah dengan baik."

Thomas menggeleng lemah, "Setelah tahu semuanya, bagaimana bisa aku beristirahat dengan tenang."

Davian tentu masih merasa khawatir dengan keadaaan Thomas, ditambah ia yang masih merasa menjadi penyebab Thomas terkena serangan jantung, "Kakek--"

"Dengar! Aku mempunyai rencana, dan kalian berdua harus setuju. Terutama kau, Davian."

***********

Untuk pertama kalinya dalam hidup, Davian menggunakan setelan jas lengkap terlebih itu adalah jas yang super mahal.

Pemuda manis itu dengan langkah ragu mengikuti Alexander yang akan memasuki sebuah ruangan besar yang biasa digunakan untuk pertemuan atau rapat.

Namun sebelum memasuki ruangan itu, Davian menghentikan langkahnya tepat di depan pintu besar di hadapannya.

Merasakan Davian yang menghentikan langkahnya, Alexander menoleh dan menatap wajah cemas kekasihnya, "Ada apa?"

"Aku... aku takut. Aku tidak yakin bisa melakukannya," Davian meremas jari jemarinya sendiri dengan cemas.

[BL] Allure (Complete)Where stories live. Discover now