Chapter 12 - Cemburu

45.1K 3.2K 310
                                    

Setelah bertemu dengan teman lamanya Benjamin Jacob membuat perasaan Davian terasa lebih ringan, karena ia tidak tahu mau kemana lagi setelah dari minimarket akhirnya ia kembali ke rumah Alexander dengan senyuman samar. Davian telah bertukar nomor ponsel dengan Benjamin bahkan berencana untuk kembali bertemu jika ada waktu luang. Tapi begitu Davian memasuki kamarnya, senyuman langsung pudar begitu saja saat melihat sosok Alexander yang tengah duduk disofa menatapnya dengan pandangan yang mengancam, Davian merasa enggan untuk memasuki kamar yang sekarang terasa memiliki aura neraka itu, ia segera berbalik dan hendak pergi meninggalkan kamar itu sebelum sebuah suara maskulin yang diktator menginterupsinya, membuat langkahnya otomatis terhenti, "kemari."

Dengan sangat terpaksa Davian kembali membalikan tubuhnya dan melangkah masuk kedalam kamar, namun ia berhenti melangkah ketika merasa jaraknya berdiri dengan Alexander masih cukup aman, "ada apa?" Davian menghindari tatapan Alexander dan hanya menunduk memandang lamtai yang seolah jauh lebih menarik dibanding wajah tampan dan maskulin dihadapannya.

Alexander berdecak kesal, "kenapa kau hanya berdiri disana? Kemari! Duduk disitu!" Tunjuk Alexander pada sofa single disebelahnya, "cepat!" Perintahnya tidak sabar.

Davian menghembuskan nafasnya dengan susah payah, berusaha mengatasi rasa takut, cemas dan kesal yang sedang bercampur aduk didadanya, ia melangkah dengan ragu-ragu namun akhirnya berhasil duduk dengan tegang di sofa single disamping Alexander. Davian sedikit meringis merasakan tubuh bagian bawahnya masih sangat terasa sakit ketika ia duduk.

Alexander masih menatap intens Davian, melipat tangannya didepan dada dengan angkuh, "darimana kau?" Jelas Alexander tahu darimana Davian pergi beberapa saat lalu namun ia ingin tahu pemuda itu akan menjawab seperti apa.

"Minimarket."

"Oh begitu," Alexander cukup puas mendengar jawaban jujur dari pemuda dihadapannya. Padahal kalau dipikirkan oleh Alexander dalam keadaan normal dengan otaknya yang pintar dan IQ yang tinggi tanpa tekanan kecemburuan dalam hati, tentu saja siapapun orangnya akan mudah bicara jujur kalau yang ia kunjungi hanya minimarket. Alexander menunjuk kantong belanja yang Davian bawa, "apa itu?"

Davian melihat kemana arah yang ditunjuk Alexander dan pandangannya mendarat di kantong belanjaan kecilnya, "ini belanjaanku."

"Apa isinya?" Alexander seolah seperti seorang polisi yang tengah menginterogasi seorang pencuri, tatapannya penuh menyelidik.

"Hanya beberapa kotak susu dan cemilan."

Alexander kembali mendapatkan jawaban yang diinginkannya, "berikan padaku satu kotak susu," namun setelah berpikir dua detik dia langsung mengangkat tangannya dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya, "ah tidak, berikan aku dua kotak susu!"

"Huh?" Davian mendongak menatap Alexander dengan kebingungan yang tergambar jelas diwajahnya, ia tidak mengerti apa yang dikatakan Alexander.

"Apa kau tuli?" Alexander mendesis kesal namun kemudian tetap mengulang kata-katanya, "aku bilang berikan dua kotak susu yang kau miliki padaku," Davian mengerutkan kening mendengar permintaan Alexander, ia masih belum mengerti namun akhirnya tetap saja mengambil dua kotak susu dari dalam kantong belanjaannya lalu memberikannya pada Alexander. Setelah menerima dua kotak susu dari Davian, Alexander segera menghabiskan dua kotak kecil susu itu sekaligus sedangkan Davian hanya memandangnya dengan aneh.
Setelah menghabiskan dua kotak kecil susu itu Alexander tersenyum bangga, 'kau pria sialan! Lihat Davian hanya memberimu satu kotak susu sedangkan aku mendapat dua kotak susu darinya dan aku menghabiskannya sekaligus. Kau akan iri sampai mati jika mengetahuinya,' Alexander masih mengingat wajah senang Benjamin ketika Davian memberinya satu kotak susu ketika mereka masih mengobrol didepan minimarket dan pria itu langsung meminum susunya dengan senyuman ramahnya dan itu membuat Alexander sangat jengkel.

[BL] Allure (Complete)Where stories live. Discover now