Chapter 35 - Bahagia

39.3K 2.5K 252
                                    

Chapter 35 - Bahagia

"Hahh..." Davian menghempaskan tubuhnya di sofa, menghela nafas dalam sambil melonggarkan dasi yang ia pakai.

"Good job baby," Alexander duduk di samping Davian lalu mengusak rambutnya dengan lembut.

"Tadi di kantor aku sangat takut," Davian mengusap wajahnya yang terlihat frustasi.

"Tidak ada yang perlu ditakutkan Davi, kau melakukannya dengan baik," Alexander membantu Davian melepas jas yang ia kenakan.

"Kakek setuju. Davi telah menangani situasinya dengan sangat baik, begitu pula denganmu Alex. Cucu-cucu kakek sangat hebat," Thomas memasuki ruangan di mana Davian dan Alexander berada dengan bantuan seorang perawat yang mendorong kursi rodanya, "Nona, kau boleh beristirahat. Aku akan memanggilmu kalau aku membutuhkan bantuanmu," ucap Thomas pada perawatnya.

"Baik Tuan," wanita yang bekerja sebagai perawat Thomas segera keluar dari ruangan, menyisakan Thomas, Alexander dan Davian.

"Kakek..."

"Kenapa Davi?"

"Terima kasih atas bantuan kakek yang sangat besar. Aku akan mengembalikan saham milik kakek."

Thomas menggeleng, "Tidak perlu Davi, saham itu memang untukmu."

"Apa?" Davian menatap Thomas tidak percaya, "Tidak. Tidak. Saham Vin Corp. sebanyak dua puluh persen itu bukan nominal yang sedikit kakek. Aku tidak bisa menerimanya."

"Tapi aku memaksa," Thomas tersenyum, "Aku juga akan mewariskan rumah ini padamu."

"Ka-kakek..." tidak seperti orang yang baru saja menerima berkah, orang lain mungkin akan bersorak bahagia, namun wajah Davian justru terlihat semakin mendung, "...jangan seperti ini..." dengan perlahan Davian menatap wajah Alexander dengan perasaan yang tidak enak. Alexander adalah cucu kandung Thomas, seharusnya Alexander lah yang menerima saham Thomas dan mendapatkan warisan rumah besar sang kakek. Alexander lebih berhak, bukan dirinya.

Jauh dari bayangan Davian, Alexander justru tengah tersenyum padanya. Bahkan pria tampan itu mengatakan hal yang lebih mengejutkan, "Aku sudah setuju dengan apa yang kakek katakan, bahkan sangat setuju," Alexander membelai rambut Davian dengan lembut.

"Alex... Kakek..." mata Davian berkaca-kaca. Ia merasa sangat terharu dan bahagia, namun bukan karena harta yang berlimpah yang baru saja ia dapatkan melainkan karena rasa syukur yang besar karena masih ada orang-orang yang begitu menyayanginya, menyayangi dirinya yang apa adanya dan memiliki banyak kekurangan.

********

Alexander duduk di ranjang, sementara Davian sedang berada di dalam kamar mandi. Alexander menyuruh Davian berendam air hangat untuk merilekskan tubuh dan pikirannya yang tegang.

Alexander mengambil ponsel miliknya lalu segera menghubungi Georgio. Begitu sambungan telepon terhubung, Alexander langsung berbicara keintinya tanpa basa-basi, "Bagaimana?"

"Tuan Gerald telah meninggal negara ini dengan jet pribadinya segera setelah beliau meninggalkan kantor Vin Corp.," terdengar suara Georgio menjelaskan keadaan dari seberang sambungan telepon. Alexander sebelumnya memang sudah menyuruhnya mengawasi Gerald, oleh karena itu Georgio sangat tahu apa tujuan utama Alexander meneleponnya.

"Hmm... ini kabar bagus. Kirim orang untuk terus mengawasi ayah."

"Baik."

Alexander melempar begitu saja ponselnya ke atas kasur empuknya, melepas dasi dan jas, namun ketika hendak melepas kemeja yang ia pakai ponselnya berdering.

Alexander mengira itu adalah Georgio yang menelepon karena lupa menyampaikan sesuatu padanya, namun ketika ia mengambil ponsel dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya membuat Alexander mengerutkan kening. Tertera nama "Tamara Wilson" yang melakukan panggilan video call.

[BL] Allure (Complete)Where stories live. Discover now