[9] Troya - Sky, Burned

4.3K 1K 28
                                    

DERU napas berat menyentakku terbangun dari tidur. Sisa-sisa kantuk menghilang secepat kilat begitu aku mendapati moncong raksasa berlapis sisik sewarna koral di hadapanku. Moncong seekor naga. Aku lekas mendorongnya kuat-kuat sebelum kemudian melompat ke belakang, mengedarkan pandangan ke sekeliling dalam posisi siaga.

Suasana sunyi di balik pepohonan lebat yang semalam mengantarku terlelap digantikan oleh kumpulan wajah asing. Pemandangan langsung ke arah laut tertutup tirai besar berupa rentangan sayap-sayap lebar para naga.

Rahangku mengeras menghadapi kenyataan bahwa kami telah dikepung.

"Tak kusangka kau sanggup kabur hingga sejauh ini, Troya Orthros." Panggilan itu terdengar pahit di lidah siapa pun yang mengatakannya.

Menguatkan tekad, aku spontan beralih menatap pria dewasa yang berdiri tengah-tengah pengepungan. Lencana beserta sepasang pauldron kulit yang terpasang di zirah kebiruannya mengilap ditimpa cahaya fajar, paduan sempurna dengan pahatan mentari pada benda-benda bernilai mahal itu. Setidaknya, setara dengan jubah aristokrat sutra milik keluarga dewan kerajaan.

"Butuh waktu lama selama pencarian, Jenderal? Aku bahkan tidak terlalu berusaha." Nada mencemoohku mengalir tanpa kesulitan. Berdasarkan lencana tersebut, kukenali sang pria sebagai panglima pasukan naga pemburu Oceanus 3-Legiun Langit. Tak seperti pemburu-pemburu umum di Oceanus 15, perburuan Legiun Langit hanya punya satu target utama: kriminal yang melarikan diri alias buronan.

Meski dinamakan Legiun Langit, tak semua anggotanya berjenis naga langit. Namun, satu hal yang pasti, seluruh shapeshifter yang ditunjuk menjadi anggota pasukan naga pemburu ini memiliki kecepatan di atas rata-rata. Manuver terbang mereka dilatih sedemikian rupa agar tidak menimbukan suara kepakan melawan angin, langkah mereka di atas tanah seringan kelopak bunga, bahkan sampai proses pengepungan berlangsung, target perburuan mereka disadarkan secara sehalus mungkin.

Kupikir semua itu hanya desas-desus berlebihan demi meninggikan reputasi Legiun Langit, tetapi ingatanku sewaktu dibangunkan oleh suara napas beberapa momen lalu jelas tidak berbohong.

Bicara soal pemburu ... aku tersadar batang hidung Cascade yang bodoh tidak kelihatan di mana-mana. Api unggun bekas semalam telah padam. Sisa-sisa kayu bakar lenyap begitu saja bersama keberadaan Cascade Vaihere; bahkan bantalan dedaunan yang semalam dijadikannya sebagai bantal juga sudah tidak ada.

Kabur, barangkali. Kurasakan amarahku menggelora membentuk perapian di dasar perut.

Ucapan sang jenderal selanjutnya tak ayal merupakan siraman bensin. "Harus kuakui bahwa kau cukup gesit, tetapi juga cukup bodoh karena meninggalkan benda berharga ini di kamarmu." Ia merogoh kantong sabuk dan mengeluarkan sebuah buku jurnal; catatan lokasi-lokasi Oceanus incaran Quasso. "Jurnal ini sangat membantu pencarian kami."

Aku melirik tanah berpasir di sebelah tempatku berdiri-kosong. Tas berisi buku jurnal yang kemarin aku dan Cascade curi juga tidak menampakkan tanda-tandanya di mana pun.

Memikirkan suatu kemungkinan berdasarkan fakta tersebut membuat lidahku berdecak. Cascade mungkin tidak benar-benar kabur, dan seandainya dia kabur, aku tak bisa menemukan alasan mengapa ia harus membawa serta tasku. Ingin menyelamatkan seluruh Oceanus seorang diri? Punya apa dia?

"Ikut kami, Troya Orthros. Tidak perlu ada kekerasan." Sang jenderal kembali bersuara setelah terjadi keheningan cukup lama.

"Yeah, tentu." Aku menjilat bibir. Posisi siagaku mengendur selagi aku berjalan perlahan menghampiri sang jenderal.

Tentu saja itu cuma kepura-puraan semata.

Tepat saat tanganku terulur untuk diborgol, aku lekas bertransformasi di hadapan Jenderal Legiun Langit. Moncongku menabrak kepalanya hingga ia jatuh terjungkal di atas bokongnya. Aku lantas melompat melewati kepala para anggota legiun dengan keadaan sayap masih terlipat. Secepatnya setelah itu, anak-anak panah meluncur. Aku mengibas ekor, mengempas segelintir anak panah selagi sisanya berhasil menyusulku, tetapi tidak ada satu pun yang kena-barangkali lain ceritanya apabila aku membiarkan sayapku terbentang.

Oceanus: The Breathing IslandМесто, где живут истории. Откройте их для себя