[28] Cascade - Son of Rudra

3.5K 706 258
                                    

a.n: happy pride month 🌈💐 kita bakal update setiap jumat selama pride month ini yaa♥️🧡💛💚💙💜

**

Tohopka membawaku ke Kastel Batu Sakral secepat anak panah yang melesat dari busurnya. Bahkan kecepatan aeradis yang kutunggangi di Oceanus 2 dikalahkan dengan mudahnya. Aku menahan diri untuk tidak menoleh ke belakang, karena aku tahu bila sekali saja aku menoleh, entah wajah memilukan siapa yang memohon-mohon untuk ditolong akan menghambat tujuanku sekarang. Aku tak mampu mendengar apa pun kecuali suara angin keras yang memenuhi gendang telingaku berkat kecepatan Tohopka. Meski begitu aku cukup khawatir dengan orang-orang yang belum terevakuasi. Mau tak mau aku menggeleng. Ada tim evakuasi yang menyelamatkan penduduk, berkali-kali kutanamkan itu di benakku.

Di sekeliling kastel, beberapa prajurit di bawah komandoku turut terbang mengikuti. Sementara aku bergegas, mereka mengalihkan serangan para troll dengan meluncurkan serangan anak panah berapi berulang kali, tentunya dilakukan dari jarak aman supaya mereka tidak bernasib sama dengan para penyerang udara lain yang telah ditaklukan troll. Aku tergoda untuk mengambil beberapa bilah anak panah beracun untuk ditembakkan ke musuh yang tersisa, tetapi sesuatu mengatakan padaku bahwa aku perlu menyimpannya untuk nanti. Ini sisa amunisiku.

Tohopka meringkik pelan dengan tak nyaman ketika kami nyaris mencapai Kastel Batu Sakral. Dari kejauhan aku mampu mendengar ringkikan kuda yang kesakitan, suara menyedihkannya lenyap secepat aku mendengarnya, menandakan makhluk malang tersebut akhirnya tamat. Entah apa ada yang mencekiknya hingga mati atau melemparnya ke bawah bukit hingga remuk redam seperti yang kusaksikan tadi. Kutepuk-tepuk leher sang pegasus, aku perlu memastikan ia tak akan bernasib sama seperti yang lain.

Pada akhirnya aku tiba di kastel, dari ketinggian ini aku mampu melihat semua yang tengah terjadi di bawah saja. Di bagian depan, belakang, kanan, dan kiri kastel berjagalah pasukan troll. Aku mengutuk dalam hati, dugaan Troya benar soal Quasso. Raja keparat itu barangkali telah memasuki kastel sekarang. Dalam hati aku tak habis pikir, Quasso hendak membangkitkan Jurathyrm, yang membutuhkan energi dari tujuh Oceanus yang dikorbankan---dan tak kusangka hari ini adalah hari di mana ia melaksanakan rencana piciknya. Ia telah mendapatkan energi dari Oceanus 21, tempat di mana aku menemukan Troya, lalu Oceanus 43, ketika aku dan Troya datang terlambat dan semuanya telah musnah tanpa terkecuali nyawa sang Oceanus sendiri. Terakhir adalah Oceanus 18 yang cuma berisi hewan.

Target Quasso yang lain, yakni Oceanus milik bangsa Retral, Glacer, dan raksasa berhasil kami gagalkan. Kita semua tahu Oceanus 1 adalah target selanjutnya. Namun, aku tak menyangka ia justru mempercepat rencananya dengan menabrakkan tiga Oceanus lain pada Oceanus 1. Maka tuntas sudah syarat yang diperlukan untuk membangkitkan Jurathyrm, dan Quasso menuntaskannya hanya dalam sekali pertempuran.

Dan sekarang, ketika rencana sialannya berhasil, ia juga mengincar tiga senjata pusaka Oceanus? Rasa marah dan benci kian menguat, memukul-mukul dadaku dari dalam, merayuku untuk melampiaskannya. Kembali terputar di memoriku bagaimana setiap kematian prajurit di Oceanus-Oceanus yang kami datangi. Aku menggertakkan gigi, kematian mereka tidak boleh sia-sia. Orang seegois, sekeji, sebiadab Quasso tidak boleh dibiarkan bernapas di muka bumi.

Bagian atas kastel bersih dari jangkauan penyihir, setidaknya itu keuntungan bagiku. Quasso menempatkan pasukan troll di sekeliling kastel karena ia tahu pasukan bangsa elf, termasuk pasukan pengudaranya, akan berusaha masuk dari sana. Tidak ada tanda-tanda kaum penyihir dari langit. Aku mengangkat tanganku sebagai sinyal, prajurit-prajurit di bawah komandoku turut melakukannya, tanda bahwa kini sudah aman untuk melakukan rencana.

Aku tidak pernah cocok bekerja dalam sebuah grup seperti ini, maka karena itu justru bekerja sama dengan segelintir prajurit elf agak membuatku ragu. Bahkan di pertempuran tadi, meski aku menjadi salah satu komandan pasukan, aku tetap bertempur secara solo. Kinerja kerja samaku paling maksimal bila cuma terdiri dari dua orang termasuk diriku. Namun kali ini aku perlu mempercayai mereka. Jika kami gagal menghindari kebangkitan Jurathyrm, maka setidaknya kami harus berhasil membumihanguskan orang yang hendak menguasainya demi kekuasaan dan kekuatan semata-mata.

Oceanus: The Breathing IslandWhere stories live. Discover now