[19] Troya - Lies Are Rainbow But The Truth Comes Gray

5.4K 855 483
                                    

a/n: homophobes this is the right time for yall to fuck off seriously lmao

**

CASCADE dan aku tidak berbicara sepanjang perjalanan kami menuju Oceanus 1, negerinya bangsa elf. Mengejutkan bahwa dia masih bersedia pergi bersamaku. Tempo waktu lalu jauh sebelum matahari terbit, di suatu lapangan di tengah-tengah hutan, sesungguhnya aku sudah siap mengudara tanpa membawa sang pemburu, tetapi Cascade tiba-tiba muncul entah dari mana sambil menggendong sebuah tas besar. Busurnya kelihatan baru dan kantung anak panahnya terisi penuh. Pasti hadiah dari bangsa raksasa.

Kami tidak mengatakan apa-apa. Aku langsung mengambil alih wujud nagaku dan Cascade lekas naik ke atas punggungku. Kebisuan yang membentang di antara kami berdua mengalahkan hawa dingin pagi itu, sinar matahari sekalipun tak sanggup mencairkannya.

Hal tersebut berlangsung hingga sekarang.

Sejujurnya inilah kesunyian yang sudah kunanti-nanti sejak awal, meski harus kukatakan bahwa bukan pertama kalinya kami saling mendiamkan seperti ini.

Dan salah siapa itu? Sudut benakku yang entah mengapa menyerupai suara sang pemburu bertanya kesal. Aku mengabaikannya.

Kami tiba di Oceanus 1 jelang tengah malam usai mengarungi laut seharian penuh tanpa mendarat. Stamina dan perutku sudah terisi penuh demi perjalanan ini. Lagi pula, aku ragu bisa tahan berlama-lama duduk diam bersama Cascade kalau kami harus beristirahat entah di mana.

Aku mendarat perlahan-lahan di salah satu dermaga pelabuhan yang kuduga merupakan pelabuhan utama Oceanus 1, menilai dari ukuran dan banyaknya keberadaan kapal-kapal ... serta para penjaga di sana.

Belum sempat aku bertransformasi, salah satu elf penjaga sudah menodongkan tombak ke mataku. Bilah runcing itu berkilat-kilat, pun dengan armor perak yang dikenakan si penjaga berikut rekan-rekannya.

"Shapeshifter naga," ia mendesis, "ada urusan apa kemari?"

Kudengar suara orang menguap dan beberapa detik setelahnya orang mengumpat. Lalu Cascade buru-buru menggelincir turun dari punggungku, mengucek-ngucek mata sambil bolak-balik memandangku dan para elf penjaga.

"Oh, sudah sampai," katanya, seolah-olah tidak yakin ingin mengatakan apa lagi selain fakta yang sudah jelas itu. Aku mengembuskan secarik napas berasap.

Tanpa diduga-duga, para elf penjaga itu langsung memantapkan pegangan mereka pada tombak, bilah semakin didekatkan ke wajahku. Aku mendengus. Mereka refleks meningkatkan kewaspadaan hanya gara-gara napasku mengeluarkan asap.

"Berubah ke wujud manusiamu!" seru salah satu penjaga, air mukanya tegas, kedua netranya berkilat-kilat merah membara.

"Jauhkan dulu senjata-senjata ini darinya," sahut Cascade seraya menyelipkan diri di antara todongan tombak dan aku, bertingkah tak ubahnya tameng.

Tombak-tombak memang menjauh, tetapi bukan karena para penyandangnya menuruti kata-kata Cascade. Mereka justru kelihatan bingung.

Salah satu penjaga elf kembali mengacungkan tombaknya, kali ini ke arah leher Cascade. Si pemburu lantas mengangkat kedua tangannya. "Apa urusanmu dengan seorang shapeshifter naga?"

Berada di hadapan elf, tepatnya enam elf dewasa, manusia seperti Cascade kelihatan kecil sekali. Namun, sang pemburu tidak gentar. Kulihat dia menoleh kepadaku dan menyunggingkan sebuah senyum malas. "Kau punya terlalu banyak musuh, Troya." Ia lalu berpaling kepada para elf. "Serius, bung, bisa tolong menjauh dulu, tidak?"

Elf adalah makhluk tinggi menjulang dengan kulit sepucat sinar bulan. Surai mereka sewarna platina dan iris mereka mampu berganti-ganti warna sesuai emosi yang tengah dirasakan pemiliknya. Memang mengagumkan—sekaligus juga merugikan. Aku bisa saja menganggap kaum elf menawan apabila tidak tahu-menahu tentang sejarah busuk mereka.

Oceanus: The Breathing IslandWhere stories live. Discover now