[27] Troya - Cataclysmic

3.4K 698 258
                                    

a/n: halo lagiiii jangan bosen ya😙

**

TABRAKAN pertama menghasilkan retakan pada permukaan punggung Oceanus 1. Seluruh pasukan, elf dan vampir, troll serta penyihir, serta-merta kehilangan pijakan mereka dan jatuh. Tebing yang awalnya dijadikan sebagai lokasi titik kumpul salah satu legiun seketika longsor, tanah dan batu-batunya menghujani apa pun yang berada di dasar. Dari kejauhan, aku mendengar teriakan demikian keras sehingga udara seolah bergetar, dan berdasarkan sumbernya yang jauh di utara, kusadari dengan segenap kengerian bahwa teriakan itu tak lain adalah milik kura-kura Oceanus 1 sendiri.

Aku berlutut sembari mendekatkan kepala ke tanah. Meski tidak mengenakan helm tempur, kedua tanganku menjadi pelindung yang baik berkat perubahan yang tanggung ke wujud naga; sisik merah melapisi tanganku dari jemari yang bercakar hingga ke pergelangan, ukurannya pun cukup besar alhasil satu saja bisa mencakup seluruh wajah. Perlindungan tersebut tak pelak berhasil menyelamatkanku.

Benturan barusan berlangsung demikian cepat; artinya Oceanus yang menabrak sudah pasti tak bergerak sesuai keinginan mereka, mengingat mereka pada dasarnya makhluk lamban. Ditambah, mereka memiliki lintasan masing-masing sehingga mustahil terjadi tabrakan. Aku bergidik. Jangan-jangan para Oceanus itu sudah mati? Siapa yang mengendalikan mereka?

Portal berdaya tampung sebesar itu yang mampu memindahkan seantero Oceanus hampir terkesan mustahil, entah berapa banyak energi yang perlu dikerahkan para penyihir untuk menciptakannya, berapa lama waktu yang dibutuhkan. Namun, kalau mengingat kembali kemenangan-kemenangan beberapa Oceanus sebelumnya atas pasukan Quasso, barangkali sang raja manusia itu memang telah menyiapkan rencana semacam ini sejak lama.

Berbagai skenario mengitari otakku, semuanya mengacu pada satu kemungkinan: apakah Quasso juga di sini?

Para Hakaar dan Hakera meneriakkan perintah kepada legiun masing-masing agar meninggalkan pertarungan yang sudah usai, proses evakuasi kini dijadikan prioritas. Mereka berderap melintasi tanah yang tak stabil, menginjak-injak tumpukan mayat tanpa peduli apakah kawan atau lawan. Lagi pula medan ini akan segera ambles. Aku melesat gesit di antara formasi pasukan yang terpecah, berlari menggunakan kedua tangan dan kakiku yang sama-sama mengalami transformasi ke wujud naga—cakar-cakarku meninggalkan jejak berlubang di permukaan tanah.

Jeritan bersatu padu dari segala penjuru, campuran kesakitan dan ajal serta kengerian. Aku sontak mengembara kembali ke Oceanus. Adakah di antara orang-orang ini yang cukup berdosa untuk berakhir di Jantung Iblis? Susah payah aku berusaha menepis pemikiran itu, mempercepat lari hingga paru-paruku terbakar bukan oleh kobaran apiku sendiri.

Sepasukan elf terbang berputar-putar di langit di atas tunggangan terbang mereka, memantau ke arah cakrawala tempat tabrakan bermula, kira-kira di timur laut.

"Masih ada dua Oceanus lain di tenggara dan barat laut!" salah satu elf memekik, nada suaranya pekat oleh kepanikan. "Melaju cepat kemari! Kita akan tamat!"

"Tetap fokus kepada evakuasi!"

Aku melambatkan lari dan lekas berhenti begitu tiba di medan yang permukaan tanahnya cukup stabil. Beberapa titik di punggung Oceanus memang lebih kuat dibanding yang lain, tetapi jika dihadapkan dengan tabrakan besar sebanyak tiga kali beruntun ... aku ragu Oceanus elf bakal sanggup bertahan.

Sejauh ini Quasso telah membunuh tiga Oceanus, sedangkan Cascade dan aku berhasil menghentikan kematian empat yang lain. Kebangkitan Jurathyrm memerlukan tujuh jiwa kura-kura Oceanus yang dibantai maka itu berarti ... Quasso butuh empat Oceanus lagi.

Tiga Oceanus diarahkan ke Oceanus elf. Jika kesemuanya tewas, totalnya empat. Aku mengepalkan tangan. Persis yang diinginkan Quasso. Nyawa para Oceanus yang telah diselamatkan selama berminggu-minggu terakhir akan digantikan begitu saja dengan tabrakan beruntun ini.

Oceanus: The Breathing IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang