[23] Troya - Of Wicked Souls and Cursed Fates

4.6K 771 315
                                    

a/n: weve been updating so fast im kinda concerned btw enjoy

**

TIDAK ada yang menghancurkan batin dan membekukan raga seperti rasa takut. Rasa sakit sekalipun memudar jika keduanya disandingkan. Namun, kesakitan merupakan area yang lebih akrab bagiku, terlepas dari kemampuan regenerasiku yang mampu memulihkan hampir berbagai cedera secara instan. Ketakutan, walau tidak asing seutuhnya, adalah konsep yang kukira sudah lama terkubur rapat di masa lalu, ditimbun bersama segala mimpi buruk dan hantu dan rahasia gelap dan keping-keping jati diri yang berjatuhan setiap hari.

Di sini, di Jantung Iblis, aku menyaksikan ketakutan dipersenjatai oleh rasa sakit untuk melahirkan teror baru. Pada hakikatnya, neraka tak menjanjikan yang setengah-setengah kepada para penghuninya.

Khaz'gaur—nama itu niscaya digaungkan dengan gemetar.

Wujud mereka sepintas menyerupai manusia, ganjil di berbagai tempat. Torehan ganas serupa cabikan hewan buas mencoreng sekujur tubuh mereka, dijahit menggunakan kawat secara begitu asal-asalan hingga cairan nanah masih menetes dari luka, dan kulit yang tidak rapat menampakkan daging hitam membusuk di baliknya. Rambut mereka tampak basah sepanjang waktu, putih dan menjuntai panjang bagai dedaunan rawa, menutupi wajah yang sepenuhnya rata kecuali untuk celah lebar bertaring yang tak ayal adalah mulut mereka—tidak pernah tertutup, selalu jatuh terbuka melampaui dagu—serta sepasang rongga lain di bagian atas yang merupakan indra penglihatan. Tak ada kelopak di sana, atau bahkan bola mata, hanya sepasang titik merah terang yang senantiasa bergerak-gerak liar.

Terdapat gumpalan daging lembek mirip lemak di sekeliling leher para Khaz'gaur, alhasil membuat tubuh mereka yang setinggi sekitar tiga meter agak bungkuk. Mencuat dari kedua sisi daging tersebut, dua buah batok kepala bertengger di tempat yang seharusnya adalah bahu Khaz'gaur; mengapit kepala utamanya di tengah-tengah.

Merekalah sipir penjara yang mengawasi sekaligus menjatuhkan hukuman terhadap para pendosa di Jantung Iblis.

Selagi bergeming teramat hening di tempat persembunyianku di antara belukar, berharap agar titik-titik merah mata mereka luput menangkapku, diam-diam aku mengawasi sekelompok Khaz'gaur. Aku bisa mendengar bunyi-bunyian tanpa kata yang melantun dari rongga mulut mereka, derak tinggi sumbang seperti logam menggesek logam, membuatku semakin berjuang mengecilkan tubuh, mencoba meniadakan diri dari eksistensi. Kusadari telapak tanganku basah oleh keringat walau sebaliknya bulu kudukku meremang karena hawa dingin menggigit. Detak jantungku berdentum kencang menghantam sangkar iga. Bahkan lama berselang selepas para Khaz'gaur terseok-seok menjauh, aku masih belum berani bernapas.

Ketakutan, aku menggigit bibir, merasa kalah dan demikian terkuras. Ketakutan absolut.

Langkahku terhuyung-huyung saat aku akhirnya bangkit, tetapi aku memaksakan terus berjalan. Mustahil tinggal di sini dan menunggu lebih banyak Khaz'gaur datang.

Semacam hutan terbentang di daratan Oceanus 0. Hampir tidak ada rerumputan; tanahnya tandus dan kasar, penuh kerikil tajam serta retakan bergerigi. Pohon-pohon kering dan berbatang cokelat kehitaman, tidak ada daun yang tumbuh tetapi cabang-cabangnya cukup lebat untuk menghalau cakrawala. Meski demikian, aku tidak mampu memastikan apa yang menanti di atas sana selain bergumpal-gumpal kabut tebal awan. Lagi pula tempat ini terkungkung dalam pusat badai. Sesekali ketika guntur menggelegar, udara mendadak pekat oleh bau hangus daging yang terbawa angin dari segala arah. Kilatnya hanya menerangi barang sekejap mata, dan hujan tidak pernah turun. Atau barangkali bukan hujan air yang seharusnya kuekspektasikan.

Satu-satunya penerangan konstan berasal dari retakan-retakan di tanah tempat menguarnya selaput tipis cahaya perak. Tirai keremangan ini menguntungkan sekaligus merugikan, sebab aku tahu bukan aku saja yang menggunakannya untuk bersembunyi. Makhluk-makhluk lain, monster-monster selain Khaz'gaur yang namanya saja tidak boleh terucap di dunia orang hidup, bisa bersemayam di sudut manapun.

Oceanus: The Breathing IslandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang