Epilogue

6.3K 646 108
                                    

No, you don't have to keep on being strong for me and you

Acting like you feel no pain, you know I know you do

And I can't get inside when you're lost in your pride

But you don't have a thing to prove

(Defenceless - Louis Tomlinson)

SUARA kepak berat sepasang sayap sayup-sayup terdengar dari belakang Elysian. Angin berembus sedikit lebih kencang, dan tak lama berselang terdengar sesuatu mendarat di permukaan rumput tempatnya berpijak, tepat di pinggir tebing curam yang menghadap hamparan belukar Jurathrym yang belum terpetakan. Langkah kaki yang serta-merta mendekat lantas menyusul kemudian. Detik itulah Elysian sadar dia tidak lagi seorang diri.

"Sedikit tidak sopan bagimu untuk pergi meninggalkan pengadilan begitu saja."

Elysian bungkam, enggan menunjukkan reaksi apa pun yang kemungkinan bisa memperbesar ego Dewan Agira. Dunia tahu penjelma naga itu telah memperoleh cukup banyak kepuasan hari ini. Ditatapnya semburat jingga pada langit yang menjadi tempat pertemuan siang dan malam, menunggu cukup lama dalam keheningan tidak nyaman hingga kegelapan bertabur kerlap-kerlip bintang perlahan mulai mendominasi. Ia selalu menyukai malam dalam kondisi cerah, senang membayangkan suatu hari nanti langit akan balas memandangnya dan salah mengartikan kedua netranya sebagai cermin.

Namun, sesuai dugaan, Dewan Agira yang masih tergolong sebagai anggota klan Windheist itu tidak berselera diabaikan terlalu lama. "Bangsa raksasa sudah bergerak," katanya.

"Bakal mencurigakan kalau belum."

"Begitu pula bangsa centaurus."-Elysian mengendus setitik keragu-raguan di tengah jeda tersebut-"Juga bangsa manusia petarung dari kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Orchidas."

"Apakah mereka ancaman?"

"Kenapa kau tidak buktikan kepantasanmu sebagai jenderal baru legiun dan cari tahu sendiri sebelum terlambat?"

Elysian mendenguskan tawa hambar. Ketidakpeduliannya terhadap keberadaan Dewan Agira rupanya mulai membuat sang dewan gusar. "Jadi mereka merupakan ancaman," dia menyimpulkan, hati-hati agar topik pembicaraan mereka tidak berganti menjadi sesuatu yang sungguh tidak ingin dibahasnya sekarang. Ia mengusir segala pikiran tentang kejadian di ruang sidang dan rangkaian yang mengikutinya.

Kabar kebangkitan Jurathrym telah menyebar ke sepenjuru lautan, dan sungguh tidak mengejutkan mengetahui semua bangsa menginginkannya untuk kepentingan masing-masing. Elysian sudah melihat peperangan tersebut bahkan sejak Jurathyrm masih terpendam di dasar samudera, pun dengan bangsa penjelma naga lain, tetapi untuk suatu alasan tertentu yang diketahuinya berdasarkan keegoisan, mereka memilih buta. Semua orang memilih buta.

Namun, bukankah itu merupakan hal wajar, bahwa makhluk fana cenderung membiarkan keserakahan memenuhi rongga-rongga kosong relung jiwa mereka yang menginginkan lebih, merayu mereka agar melompat dan tenggelam dalam janji kejayaan yang memanggil-manggil. Palung ini niscaya memakan banyak korban.

Meski Dewan Agira tidak berkata apa-apa lagi selepas itu, perintahnya tetap memantul di benak Elysian, bekerja bagaikan hipnotis yang tak kuasa ditolaknya tak peduli seberapa keras ia berusaha. Setidaknya, dulu ia sudah pernah berusaha. Masa kini adalah cerita untuk penyesalan.

Elysian berbalik, mencurahkan perhatian kepada Dewan Agira untuk pertama kalinya sejak percakapan mereka. "Bagaimana rasanya menampung sedemikian banyak darah pada telapak tanganmu?"

Senyum yang disunggingkan Dewan Agira menyampaikan kekejian, tatapan matanya mengetahui sekaligus penuh rahasia di saat bersamaan. "Entahlah. Kau beri tahu aku," ujarnya.

Udara kering mulai berpusar di sekitar mereka. Mengambil beberapa langkah mundur hingga kakinya tak lagi memijak tebing, Elysian melontarkan tubuh ke belakang dengan halus, jatuh sembari menikmati lecutan angin di wajahnya dan di bagian kulitnya yang terekspos pada malam nan dingin.

Ketika wujud buas Elysian mengambil alih di tengah-tengah kejatuhan, bergegaslah dia menuju tempat di mana lebih banyak darah akan tertumpah. Menyambut lebih banyak penyesalan. Menyambut perang.[]

-end of book one-
-see you not so soon bitches-

a/n: soorrryyy epilognya ngaret. i was kinda distracted by this one particular boyband months ago and july had been so.... eventful 🎪🎪🎪

anyways.

thank u udah ngikutin oceanus sejauh ini!

goodbyes are bittersweet, but it's not the end, i'll see your face again☀️

(CHILLLL masi ada last a/n, chara info, & wikia kok)

loads of love xxx,

queen rex

Oceanus: The Breathing IslandWhere stories live. Discover now