[29] Troya - Like a Fairytale

3.6K 653 365
                                    

a/n: i swear there's no going back🏳️‍🌈🏳️‍🌈🏳️‍🌈

**

JAUH sebelum menyulut api, aku belajar rasanya terbakar.

Sewaktu kecil, para shapeshifter naga api terbiasa menelan bara untuk menghasilkan kobaran pertama mereka. Kobaran itu nantinya akan tinggal selamanya di dasar perut, kekuatan yang senantiasa ada acapkali dibutuhkan. Sering kudengar bahwa keluarga Orthros digadang-gadang sebagai keluarga naga api terkuat; menurut kakek buyutku, hal itu berkaitan dengan tubuh kami yang merespons panas lebih baik ketimbang naga-naga api lain, alhasil kobaran yang dihasilkan napas seorang Orthros menandingi mereka semua. Panasnya melelehkan logam, jangkauan semburannya mencakup berhektare-hektare lahan. Bahkan dalam beberapa kasus spesial, api Orthros mampu mengubah elemen—air menjadi lahar, membakar angin, dan lain-lain.

Bertahun-tahun silam aku tumbuh sambil memercayai cerita tersebut dan telah membuktikan kebenarannya sendiri berulang-ulang. Meski benci mengakuinya, ayahku barangkali turut berperan dalam hal tersebut. Lesnar Orthros tak mengandalkan desas-desus belaka yang hanya timbul karena pencapaian-pencapaian pendahulu kami di masa lampau. Baginya, yang terus-menerus disampaikan kepadaku selama berdekade-dekade silam, kekuatan bersifat mutlak.

Aku menelan jauh lebih banyak bara daripada yang semestinya sanggup ditanggung shapeshifter naga api kebanyakan. Masa-masa itu dipenuhi luka, gelora panas yang menggebu-gebu di dalam raga, terperangkap dan mustahil dikendalikan. Ayahku yang keras kepala menolak mendengar alasan apa pun. Namun, acapkali aku bertanya, dia selalu punya alasan sendiri: "Kau seorang Orthros." Dia tidak pernah mengatakan itu kepada Titania; dan sebagai timbal baliknya, adik perempuanku juga tak pernah mendapat perhatian baik darinya maupun Ibu.

Titania, Titania malang. Hanya pada hari kelahirannya ia dipandang semua orang karena merupakan shapeshifter naga berkekuatan api dan es pertama di Oceanus 3. Ketika menjadi jelas bahwa kedua kekuatan besar itu tumpang tindih—es memadamkan api, api mencairkan es—dan Titania berujung tak mampu memanfaatkan keduanya, bahkan dunia menolak menganggapnya sebagai Orthros, walau Ayahlah yang sesungguhnya berpaling lebih dulu, Ibu berada tepat di belakangnya.

Maka tinggallah aku bersama percik-percik pertama apiku. Aku berjuang mengungkung kobaran liar itu, kujadikan mereka milikku seorang, kekuatanku. Cedera dan luka yang kerap berdatangan memaksa regenerasiku bekerja hampir setiap saat, yang baru lebih menyakitkan ketimbang yang lama. Puncaknya ialah saat ayahku mencoba memberitahuku betapa api bisa berbeda dari satu sama lain, seperti perbandingan obor dengan lilin, Orthros dengan naga-naga api biasa ... Orthros yang mampu dengan yang tidak.

Kukira aku sudah kebal melawan panas, kukira menelan bara dan mengembuskan napas api sehari-hari berarti aku sudah menaklukkan elemen itu sendiri. Ayahku tak berkata apa-apa. Hukumannya kala itu adalah membiarkanku mengingat rasanya terbakar sekali lagi—tepat pada kedua kakiku. Sudah lewat tujuh puluh tahun sejak saat itu. Bekas lukanya tetap ada tanpa bisa ditanggulangi kemampuan pemulihanku sampai kapan pun. "Itulah jarak perbedaan yang perlu kau raih," ujarnya selagi kulit kedua tungkaiku mengelupas, daging hangus meleleh dan menampakkan tulang. "Tolak ukur kemampuanmu bukan shapeshifter naga belaka, melainkan Orthros sejati. Pegang kenyataan itu erat-erat."

Selepas serangkaian neraka tersebut, kusaksikan hasil tuntutan ayahku dan menghabiskan waktu dengan membenci sekaligus membanggakan setiap detiknya. Detik-detik itu telah menyusun lebih dari satu abad hidupku ... dan dalam hitungan detik pula mereka diakhiri.

Hamparan padang bunga luas di Oceanus elf membentang di hadapanku, tidak lagi secantik dahulu karena rerumputan yang semula hijau segar kini meranggas. Semua tanaman layu, membusuk, beragam bunga warna-warni serupa iris kaum elf serentak mencerminkan satu emosi berwarna hitam: kengerian. Oceanus 1 meninggal empat hari lalu dan kehidupan di cangkangnya perlahan terkikis.

Oceanus: The Breathing IslandWhere stories live. Discover now