[13] Troya - To The Endless Winter

4.5K 1K 102
                                    

TIDURKU tidak nyenyak. Entah mengapa. Padahal kamar yang disediakan Raja Tregan berukuran luas dan berinterior mewah, ranjangnya muat untuk ditempati empat orang sekaligus, bahkan ada tungku perapian pribadi. Pokoknya cukup mengingatkanku akan suasana kamarku sendiri di istana keluarga Orthros.

Atau barangkali itulah penyebabnya. Aku tidak pernah merasa nyaman di rumah, dan tidur di tempat yang menyerupai bangunan kosong tanpa kehangatan itu hanya akan membuatku terjaga. Alam terbuka jauh lebih baik.

Aku sudah bangun sebelum penampakan matahari muncul perlahan-lahan dari balik jendela tinggi yang tirainya kubiarkan terbuka. Jendela tersebut menghubungkan kamar langsung dengan sebuah balkon yang menghadap pantai. Seraya menyingkap selimut, aku memungut armor dan celanaku yang semalam kutanggalkan begitu saja di lantai berlapis karpet beludru merah. Aku melompat berdiri lantas segera berpakaian.

Langkahku yang sedikit terburu-buru membawaku menuju pintu. Sebelum benar-benar ke luar, kusadari keberadaan sebuah kertas yang menyembul dari kaki pintu. Kuambil kertas tersebut. Sebuah surat, aku menyadari, tulisannya berbunyi: Yang Mulia Raja Tregan memerintahkan agar Anda tinggal untuk sarapan.

Bola mataku berputar. Seolah-olah mereka perlu menulis itu.

Perjalanan panjang membutuhkan tenaga yang besar. Barangkali Cascade dan aku bisa memperoleh santapan yang lebih banyak daripada sarapan. Perbekalan ala kerajaan, misalnya. Raja Tregan mustahil menolak.

Aku membuang kertas ke sembarang arah kemudian beranjak pergi.

Istana Kerajaan Oceanus 14 memiliki banyak koridor panjang yang berliku-liku dan cenderung menyesatkan orang baru. Sekali lagi, mengingatkanku kepada kastel tempat tinggalku sendiri. Memang tidak sebesar istana sesungguhnya, seperti yang ini, tetapi tetap saja strukturnya kurang lebih serupa.

Aku melalui lorong-lorong familiar menuju ruang makan. Sepanjang perjalanan, kuperhatikan pelayan-pelayan bertanduk sibuk mondar-mandir, berlari sambil menenteng sapu dan kembali membawa nampan atau sebaliknya. Aku hampir-hampir tak menyangka bahwa di tengah kesibukan itu, mereka masih menyempatkan diri untuk membungkuk hormat tatkala aku melintas. Perintah Raja Tregan? Ucapan terima kasih atas penyelamatan kemarin? Entahlah. Yang jelas aku tidak membalas satu pun salam kehormatan mereka, sebab menurutku tidak perlu.

Aku menemukan kejanggalan di ruang makan hari ini. Tidak seperti kemarin, Cascade tidak hanya duduk bersama Raja Tregan melainkan dua anggota keluarga kerajaan lain-sang Ratu dan anak perempuannya yang berambut merah.

Gadis cilik itu adalah yang pertama menyadari kehadiranku. Dengan mata membelalak, ia mencolek-colek lengan kekar ayahnya, mencoba memberi tahu kedatanganku melalui tatapan semata. Raja Tregan lantas tersenyum lebar.

"Selamat pagi, wahai kesatria!" sapanya lantang. Para pelayan yang berada di ruangan megah tersebut serentak membungkuk hormat kepadaku.

Tanpa membalas sepatah kata pun, aku bergegas duduk di sebelah Cascade. Tampaknya si pemburu sedang menghabiskan semangkuk sup ayam keempatnya. Ia mendongak ke arahku, menyapa singkat sambil menyeringai, "Pagi, kesatria."

Kuabaikan panggilannya yang kucurigai merupakan ejekan terselubung. "Berapa hari kau tidak makan?" tegurku sembari mendengus.

"Bukan masalah lapar," tukas Cascade setelah menelan sisa makanan di mulutnya. "Ini enak sekali. Cobalah!"

Aku mengambil sepiring kalkun besar dan mulai menyantapnya, tidak lupa disertai bumbu-bumbu hasil dapur kerajaan juga segelas air bersoda.

"Biasanya kami tidak makan kalkun untuk sarapan." Ratu berdeham. "Namun, tentu kami membuat pengecualian untukmu, Tuan Orthros."

Oceanus: The Breathing IslandOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz