[12] Cascade - Victory Upon Smoke

4.4K 1K 80
                                    

Suara gelas bir yang saling berdentingan memenuhi aula besar istana. Prajurit-prajurit yang menang dipersilakan mengikuti pesta perayaan kemenangan yang seru. Mereka bersorak-sorak penuh sukacita, beberapa melakukan tarian khas Bangsa Retral di lantai.

Telah berhadapan dengan situasi menegangkan nan mencekam selama beberapa waktu terakhir, tentu ini menjadi hiburan yang baik untukku. Pesta tak pernah menjadi kesukaanku, tetapi hey, makanannya oh astaga. Aku lebih baik tinggal di sini selama-lamanya!

Kami diundang makan malam di istana. Wajah Raja Tregan begitu berseri-seri, kami semua bersulang tepat sebelum makan. Sebelumnya Raja Tregan telah menyampaikan pidato panjang yang berapi-api, mengatakan betapa berterima kasihnya ia pada kami. Pasukan Quasso yang banyak berhasil ditumpas. Troya membakar yang berhasil kabur di udara. Aku kembali naik di atas punggungnya bersama anak panah untuk turut andil dalam bagian itu; memanahi pasukan yang kalang kabut untuk membantunya.

Aku dan Troya mendapat perlakuan lebih khusus; kami memenangkan perang hari ini. Troya mengakhiri pertempuran dengan raungan keras di udara, sebelum menyemburkan napas berapinya ke sisa pasukan Quasso yang kalang kabut, sadar mereka kalah. Rekan-rekan pemanahku bersorak dan melolong ketika mendengar raungan itu. Aku dan Troya diarak menuju kerajaan, dan barangkali itu pertama kalinya aku melihat Troya merasa puas dengan seringaian bangga di wajahnya.

Porsi kue kelimaku baru saja habis. Di sebelah, Troya melahap sebonggol besar paha sapi. Well, kurasa porsi makan Troya banyak karena menyesuaikan naga di dalam dirinya. Siapa tahu ternyata kapasitas perutnya sama dengan kapasitas perut naga? Yah, mengingat tempo hari ia menghabiskan satu kuali besar sup ayam buatan Bibi Leigh (ya, aku masih sebal akan masalah itu dan kakek muda itu masih berutang sup ayam padaku).

"Menikmati pestanya?" sahutku.

"Siapa yang peduli akan pesta. Aku lapar." Ia menggeram sebelum menggigit kembali paha sapinya.

"Satu Oceanus berhasil diselamatkan. Masih tak bisa kupercaya." Aku meraup lima keping kue sekaligus dari tumpukan kue yang baru saja dibawakan lagi oleh pelayan Raja Tregan.

Troya menenggak segelas besar bir. Aku melotot memandangnya minum bak orang yang tak pernah minum selama berhari-hari. Ia dapat menghabiskan minuman keras itu dalam sekali tenggak. Troya meletakkan gelas kosong di atas meja dengan setengah membanting, lantas mengusap sisa-sisa bir di bibirnya. Kaum naga sepertinya memang kuat di segala hal, termasuk minum alkohol.

Sementara Troya menjentikkan jemari, memerintahkan pelayan untuk mengisi kembali gelasnya, aku menyesap birku sendiri. "Jadi, siapa sasaran selanjutnya?"

"Oceanus 27, bangsa Glacer," jawab Troya.

Aku mengerutkan kening, lantas meletakkan bir yang kuminum. "Maaf, apa?"

"Oceanus 27." Troya mengulangi perkataannya. "Kau tidak tahu?" Matanya menyipit.

"Sedikit yang menulis mengenai Bangsa Glacer, aku hanya tahu mereka tinggal di iklim dingin, wajar jika mereka terdengar asing," balasku sambil mengangkat bahu. "Tunggu, Oceanus 27 itu satu-satunya Oceanus yang tak bergerak ke mana-mana dan juga satu-satunya yang memiliki salju sepanjang tahun, bukan?"

"Hm." Troya mengiakan dengan malas.

"Oceanus 27, lebih seperti Iceanus," ujarku gamblang. Troya menolehkan kepala, ia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. "Paham? Ice-anus." Aku kembali berkata sebelum menertawai sendiri ucapanku.

Troya memutar bola mata muak. Aku tengah menenggak bir ketika seorang Retral menarikku untuk bergabung dengan kumpulan bangsa mereka yang menari. Kaki-kaki mengentak di permukaan lantai dengan irama yang serempak. Mereka mengaitkan lengan satu sama lain, mempertemukan tanduk-tanduk di kepala dengan sukacita. Bangsa Retral begitu menikmati kemenangan mereka. Aku melepas jubah agar tidak kesulitan bergerak di keramaian ini, menyisakan kemeja katun yang dibungkus jaket tebal bertangan panjang.

Oceanus: The Breathing IslandOù les histoires vivent. Découvrez maintenant