Ceritanya

16.9K 2.6K 145
                                    













Rasanya mengenang yang lalu, sudah terlalu sering untuk tema. Apalagi disini berakhir Taehyung yang duduk santai senderan kurang ajar disofa empuk ruang tengah apartemen Jungkook.

Niat pergi ke kamar Jimin, berubah alur tiba-tiba ke pintu Jungkook. Dan melenggang masuk, gak peduli protesan yang punya kamar.


"Kenapa gak pergi?"

"Karena mau disini,"

"Orang asing keluar,"

"Bukan orang asing lagi, kok."

Jungkook menggeram jengah, bantal kursi dipegang kuat niat pukul orang didepannya. Taehyung geleng kepala cuek sekali, senyum sedikit karena keripik yang dipegangnya enak rasa.

"Kim, keluar."

"Lima belas menit lagi,"

Mengernyit kesal, Jungkook lempar bantal kursinya emosi, berhasil ditangkis dan memilih melenggang pergi kearah dapur; buka kulkas ada beberapa kaleng cola yang jadi minuman cemilan.

Taehyung, dengan kurang ajarnya melongok kearah kulkasnya. "Wah, banyak. Minta satu."

"Gak," Jungkook langsung jawab ya, kesal juga. Taehyung beralih mencebik ketika pintu kulkas ditutup.


"Minta satu. Diluar hujan."

"Lalu?"

"Minta satu, Jeon. Haus, tenggorokkan kering."

"Harus aku peduli?"


Taehyung senyum tipis sekali, "Manusia kan? Tau rasa peduli dong,"

"Manusia atau bukan memang urusanmu?"

Jawaban Jungkook jadi skakmat, manis itu melangkah duduk dikursi yang terletak didepan meja dapur dengan desain bar.
Taehyung mengusak poni panjangnya kebelakang, jadi terbelah dua dibagian tengah.

"Jeon, jam berapa?"

Jungkook minum colanya santai, melirik kearah jam yang ada di dinding. Tapi tetap diam, gak ada niat untuk balas.

Taehyung dapat kacang, beralih mendengus. "Jawab pertanyaan tamu,"

"Kamu bukan tamu,"

"Bukan tamu?"


Jungkook bergumam jadi jawaban, mata beralih fokus pada tv led yang menyala.

Sialan, otaknya rasa panas. Taehyung memang bukan bekas, bukan pacar. Bukan segalanya, cuma sekedar manusia yang lewat sebentar dalam kehidupan.

Dan sekarang ada di apartemennya lagi, dalam keadaan setengah basah dibagian pundak. Jungkook bahkan sudah ganti dengan piyama satin warna biru muda kesukaan.

Taehyung memperhatikan, Jungkook ada didepannya lagi dengan penampilan berkembang. Dulu manis karena pengaruh lingkungan sekolah dan diurus orang tua,

Sekarang jauh lebih matang danㅡoh, Taehyung salah fokus dengan bibir.




"Jam sebelas malam."

Celetukan Jungkook sedikit buat sadar, Taehyung beralih fokus lagi,

"Apa?"

"Jam sebelas,"

"Oh,"

"Pulang,"

Kata singkat, Jungkook diam begitu rasa Taehyung sekarang mendekat, ada disampingnya dengan wangi khas yang gak berubah.

"Hadap sini,"


Rendah, dalam dan datar. Intonasi yang dia hafal. Jungkook tetap posisi, gak mau menoleh sedikitpun, sama sekali.

Taehyung memutar kursi bar yang digunakan Jungkook, manusia manis itu jadi dihadapannya. Bergumam bodo, dan Jungkook masih mengalihkan pandangan,

Padahal bisa lari turun, bebas sebenarnya.


"Gak menghindar?"

Taehyung mendekat, bisik sekilas. Jungkook beringsut gak mau, entah dorongan apa. Pergelangan tangannya dipegang ragu, Jungkook gak menolak.

"Bukan bekas bukan pacar, gak mau menghindar?"


Gak ada jawaban, Taehyung senyum sedikit.


"Masih sama, gak menolak gak menerima. Manusia kamu? Jeon?"




Mereka saling tatap, Jungkook nyaris lupa. Taehyung yang masih sama berubah penampilan semenjak menengah atas, pertemuan dua kali dalam empat puluh delapan jam seolah buka kembali titik awal.

Dipikiran keduanya, mereka bukan bekas. Bukan pacar dengan status legal apalagi.


















ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Geledek kilat gede kali ci.

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang