Pembodohan

13.5K 2.3K 100
                                    













Pintu apartemen dibuka dengan jengah, bel pintu yang bunyi berkali-kali membuat sumpek. Jungkook tahan emosi, dan nyaris menarik nafas panjang sekali karena yang jadi pemandangan adalah seorang pemuda dengan sweater berwarna coklat yang melapisi kemeja biru.

Dan pemuda dengan rambut coklat lebih terang poni memanjang kurang ajar itu sekarang didepannya, lagi.

Jungkook sempat mengira, awal mereka bertemu setelah dua tahun hanya sebagai memori lewat yang tidak bersambung lagi.

"Aku disini mau bahas soal dua tahun lalu, rencananya begitu."

Jungkook mengernyit, melipat tangan didepan dada, "Urusanku?"

"Jelas, karena semuanya soal kamu."

"Bahkan kamu punya muka muncul didepanku."

"Bukannya kamu yang gak ada malu?"

"Permisi?"


Jungkook bertanya sarkartis, sedikit memiringkan kepala tanda tidak terima dan mata menyipit sebelah. Taehyung hanya mengedikkan bahu jadi jawaban,

"Dulu sih bilang selesai, tapi ternyata sekarang dicari lagi masih bersambut,"

"Wah, coba brengsek didepanku?"

"Bukannya kamu yang begitu?"

Segala kata-kata jadi senjata balik, Jungkook memanas. Taehyung santai sekali, memasukkan tangan kedalam kantong dan menghembuskan asap rokoknya.

Jungkook berubah posisi, sedikit menyender dibagian pinggiran pintu. Menatap Taehyung yang kembali menatap matanya lurus sekali.

Tatapan tajam tapi polos disaat yang bersamaan, dan keduanya memiliki aura tatapan yang berbeda.

"Jadi, urusanmu kesini?"

"Jemput, ayo malam natal berdua."

Gampang sekali, bahkan Jungkook beralih mengernyit, tanda-tanda gak setuju dan Taehyung langsung melanjutkan,


"Lanjutin yang dua tahun lalu. Tepatin janji, sumpah. Gak enak ada hutang,"

"Bercanda?"

"Serius, kapan lagi?"



Hoi, Taehyung dalam hati jantungnya gila. Biar disebut menyembah seorang Jungkook, tapi ya bisa apa?

Dua tahun lalu, dia terlanjur sayang. Terlanjur mengikuti keinginan Jeon Jungkook karena tipikal bukan pemaksa. Dan hari ini mencoba memperbaiki,

Jungkook hatinya sedikit mencelos, begitu melihat tatapan Taehyung didepannya jauh lebih merana dari yang dibayangkan. Bukan merana soal mendramatisir, tapi memang benar,

Taehyung butuh dia.

Boleh dianggap begitu, kah?















;

"Kukira gak mau,"


Suasana hening, gak ada jawaban. Jungkook berjalan santai, gigit lolipop bentuk tangkai payung yang dibeli di mini market traktiran Taehyung.

Sementara Taehyung beralih buka kaleng colanya, berhenti karena busa yang keluar berceceran. Kebiasaan kocok colanya sendiri karena suka,

Jungkook ikut berhenti, memandang jengah Taehyung yang pasang cengiran bodohnya.

Ah, senyumnya masih sama.

"Taehyung gila,"

"Kebiasaan,"

"Tau kok,"


Mengedikkan bahu dan melanjutkan langkah, Taehyung senyum sedikit sambil meminum colanya santai. Jalan disamping Jungkook, suatu kebiasaan yang dulunya perlahan dilupakan.

Tapi teringat lagi, sekelebat memori yang gak cuma ada diingatan Jungkook, tapi terlalu membekas diotak.


Ada satu bungkus tisu basah yang diberikan dari samping.  Jungkook menoleh. Taehyung gak tatap, cuma tangannya yang bergerak memberikan tisu basah, sibuk meneguk colanya dua kali tegukan.

"Sekitar bibirmu pasti lengket. Bersihin dulu."

"Sejak kapan selalu sedia tisu basah,"

Jungkook merengut sambil ambil tisu basah dan membersihkan sekitar bibirnya. Pertanyaan mengambang dan Taehyung beralih terkekeh sedikit,

"Sejak kamu gak ada,"

Lalu suasana hening, gak ada yang melanjutkan obrolan. Jungkook berhenti ketika sampai dipinggiran sungai, hebat sungai gak membeku di suhu segini dinginnya.

"Kok berhenti?"

"Kenapa masih coba cari?"

Keduanya melontarkan pertanyaan, Taehyung diam soal pertanyaan Jungkook. Bungkam, memilih tatap kearah lain, sedikit berdehem; tanda gugup atau bingung.

"Entah, gak ada alasan."

"Jangan begitu lagi, coba cari tahu dirimu sendiri."

Jungkook menepuk bahu Taehyung, kebiasaan dirinya serius. Tepukan halus yang menarik nafasnya sedikit dalam, dan Taehyung hela nafasnya, sambil mengalihkan pandangan.

"Gak tau, sekedar mau."

"Kamu kebiasaan brengsek atau apa?"

Jungkook nyaris jengah, tatapan matanya mulai marah. Tapi Taehyung beralih tatap, dengan pandangan santai dan lembut seperti biasa.

"Makanya jangan pergi lagi, nanti kamu tau jawabannya. Siapa tau? Bahkan aku punya banyak pertanyaan soal kamu, disini."

Lurus, lancar dan Taehyung menunjuk dadanya sendiri. Ucapan gak langsung soal ingin bersama, Jungkook diam mencerna. Taehyung masih mau berdua, sejujurnya.


Dia juga, bukannya begitu?



"Aku tau, dulu kamu minta selesai itu sekedar sok melindungi Kim Taehyung. Gak gitu?"

Gak ada jawaban, Jungkook masih bungkam. Tepukan halus dikepala nyaris buat hatinya jatuh lagi, untuk kedua kali.


Pikirannya kosong, seolah masa lalu harus ditelan bulat-bulat dan jadi sampah dimasa sekarang.

Kim Taehyung pernah ada di memori. Bahkan selalu.




















ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Jadi segalanya soal masa lalu guys, kamu pilih diposisi Jungkook atau Taehyung?

Potto sakit, gimana cara bawa yang gede begini ke dokter. Hadu :"(

Terus ada acara dekat rumah, udah ribut dan pake laser. Tapi tetep hujan. Ye bodo.

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang