Malam tenang

11.5K 1.7K 54
                                    















Saat ini, mungkin bisa jadi waktu dimana mendamba seseorang itu rasanya tenang.

Bukan tenang karena wajah yang adem dilihat, tapi tenang ketika suara tawanya terdengar halus mengalun di telinga.

Bilang Taehyung gila, tapi begitu memang benar adanya.

"Hei, lihat apa?"

Jari dijentikkan didepan wajah, Taehyung mengerjap pelan sebelum tersadar. Lalu terkekeh sedikit sambil tumpu dagunya lagi dengan tangan,

"Lihat kamu, gak sadar?"

"Justru terlalu sadar makanya aku tanya."

Jungkook, korban tatapan Taehyung yang penuh rasa. Jawab mendecih malas sambil menyender santai di kursi cafenya.

"Gak suka aku lihat?"

"Risih, Tae."

"Jahatnya,"

Bibir Jungkook merengut jadi balasan, mengaduk lemon tea yang sisa setengah hanya sekedar. Sebelum tangannya yang bebas ditarik perlahan, jarinya saling bertaut.

Jungkook lirik sekilas tangan mereka, malu sih. Jujur wajahnya memerah , sebelum akhirnya tangan panjang Taehyung ditepis.

"Tuh, dilepas." Taehyung berdecak malas, moodnya berubah cepat ketika pikirannya gak lagi bisa mengerti apa yang pacarnya itu mau.

Susah gak?

"Malu Taehyung, egois sekali."

Itu nadanya marah dan terdengar gak suka, tapi yang dituju cuma mencebikkan bibir bawah sambil menjetikkan abu rokok di asbak hitam.

"Gak suka tapi mau jadi pacar,"

Ya mirip kurang ajar, Taehyung celetuknya dengan nada datar. Jungkook pikirannya sekarang lebih mirip kebun binatang, isinya umpatan.

"Kalo gak mau paling sekarang kamu gak disini," Jungkook berhasil lembut ya, sekarang elegan jawabnya dengan berkelas. Taehyung berdecak sekali lagi,

"Iyalah gak disini, paling dihatimu kan?"

"Gombalmu gak mempan."

"Aku bahkan gak gombal,"

"Terus tadi apa?"

"Ngomong manis, konteksnya kan beda."

Jungkook memiringkan kepala, "Gak penting."

"Lho, aku jawab aku sayang kamu gak penting namanya?"

"Kan konteksnya beda."

Pembicaraan yang sekarang mengarah pada pembicaraan nyaris gak penting sama sekali. Benar, tipikal pasangan mahasiswa yang menghabiskan waktu berdua di dalam cafe.

Tujuannya ya kalau gak makan, pasti sekedar saling bicara sampai jam malam.

"Omonganmu mana pernah penting, Tae."

"Ya soalnya kamu yang penting, bukan omonganku."

Taehyung kepalanya diletakkan diatas meja, Jungkook terkekeh pelan sambil mengelus sedikit anak rambut Taehyung yang mencuat berdiri.

Beralih sedikit diacak, poni Taehyung memanjang nyaris menutupi mata. Jungkook gemas, tangan beralih turun cubit pipi Taehyungnya halus.

"Jangan cubit, sakit aduh."

"Gemas, Tae."

"Iya tau tapi sakit,"

Bilangnya sakit tapi dibiarin, Taehyung terlanjur mager. Tangan Jungkook juga halus terasa di pipi, jadi sekalian jackpot kan gak apa.

Walaupun udah biasa sih.

"Oh, ya. Tae."

"Apa,"

"Mau cerita?"

"Cerita apa,"

"Soal Erika."

Perut rasanya turun seketika, Taehyung kepalanya bergerak bangun, menatap pacarnya malas. Gak niat, sebenarnya.

"Kenapa sama dia?" Taehyung ambil batang rokok baru dari kotaknya, Jungkook mengedikkan bahu sekilas. "Gak ada kenapa sama dia,"

"Lalu?"

"Kenapanya sama kamu kok, kenapa putus?"

Pertanyaan bodoh tapi dia sayang, yasudah susah. Taehyung hela nafasnya panjang sekali, sebelum ambil dompet. Taruh beberapa lembar duit diatas meja,

Dan cabut. Nanti berujung emosi di cafe orang, kan tambah susah lagi.









;

"Kamu mana pernah mau jawab."

Taehyung memutar bola mata, ini malamnya dingin. Basah sehabis hujan terakhir sebelum menjelang musim semi. Tapi kok otaknya panas.

Jungkook merengut sebelumnya, tadi bingung sendiri kenapa tangan langsung ditarik untuk keluar dari cafe.

"Apa yang harus aku jawab, Jeon."

"Pertanyaanku yang tadi."

Jungkook menepuk pundak si pacar halus, "Sekedar tanya, jangan sok marah duluan."

"Ya pertanyaanmu bodoh."

"Kan tanya kenapa putus, kalau memang kamu terima dia jadi pacar karena suka."

Langkah berhenti, Taehyung beralih tatap. Untung jalanan gak begitu ramai, nyaris dekat halte. Orang lalu lalang tidak terganggu kok ketika tangan Taehyung menangkup pipi gempal manisnya yang halus.

"Jadi sekarang tujuanmu mau bilang aku salah terima Erika?"

"Wah, kok tepat."

Jungkook senyum sumringah, awalnya. Taehyung mendengus sambil memasukkan tangan kedalam kantongnya, berhenti menangkup pipi.

"Ya memang salah sih, sadar diri kokㅡaduh!"

Ini keningnya ditamplak sayang. Meringis kuat karena pukulan di kening kan luar biasa sakit.

Jungkook pelakunya, mendengus pelan sambil maju selangkah. Untuk space orang lewat dibelakangnya, kasihan. Jalan setapak bukan punya mereka berdua.

"Erika titip pesan, jadi manusia jangan brengsek lagi. Kamu hidupnya segini, masih bagus ada akunya nanti. Gimana gak ada?"

Tau nada seorang mami yang marahin anak paudnya karena bercanda keterlaluan? Begitu kira-kira nada Jungkook saat ini yang dibalas cibiran Taehyung yang sibuk mengelus kening, "Kamu harus ada lah."

"Seenakmu. Siapa yang mau." Jawabannya Jungkook sedikit menohok hati,

"Aku yang mau."

"Aku gak mau."

"Pacarku jangan jadi pembohong, nanti hidung panjang mirip Jimin."

Sekali lagi kepalanya kena pukulan halus dari Jungkook. Halus bagi Jungkook sama dengan keras ya, untuk informasi. Malah sekarang jalanan setapak jadinya punya berdua.

Orang segan lewat lagi, ketika Taehyung beralih tangkup pipi pacarnya halus dan ciuman gemas di bibir jadi pelengkap malam hari dimana status pacaran mereka setelah hubungan mainan berlangsung dua minggu.

Lama ya, pesan disini jangan jadi brengsek kalau kening gak mau ditamplak, sakit bos.
























ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Semangat kecilku, selamat malam <3
Untuk besok yang ujian, mari berjuang bersama!
Kalian yang jadi semangatku, terima kasih🙏❤️

Adorn ㅡkth x jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang